Benarkah MSG dapat Menyebabkan Sakit Kepala?

Benarkah MSG dapat Menyebabkan Sakit Kepala?

korannews.com – Monosodium Glutamate ( MSG ) atau micin adalah penyedap rasa kontroversial yang biasa digunakan untuk memperkuat rasa masakan, terutama pada masakan Asia, dan berbagai makanan yang diproses, seperti sup, keripik kentang, camilan, bumbu penyedap, makanan beku, dan mi instan.

MSG sendiri dianggap sebagai zat aditif yang aman untuk dikonsumsi dalam batas tertentu.

Kendati demikian, ada beberapa orang yang mengeluhkan sakit kepala atau migrain setelah mengonsumsi makanan yang mengandung MSG.

Namun, benarkah MSG dapat menyebabkan sakit kepala?

Dikutip dari Healthline, klaim MSG dapat menyebabkan sakit kepala tersebut sebenarnya berawal dari sebuah studi pada tahun 1969 yang menemukan bahwa konsumsi MSG dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan saraf serta mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tikus yang baru lahir.

Lalu mengingat MSG mengandung asam glutamat, senyawa umami yang juga berfungsi sebagai neurotransmitter atau pembawa pesan kimia yang merangsang sel saraf, tak mengherankan bila beberapa orang meyakini MSG memiliki efek berbahaya pada otak.

Namun, sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Department of Physiology and Biophysics, Rosalind Franklin University of Medicine and Science menemukan bahwa mengonsumsi MSG tidak berpengaruh pada kesehatan otak karena MSG tidak dapat melewati penghalang darah-otak.

Meskipun begitu, memang benar bahwa beberapa orang lebih sensitif dan mengalami efek samping, seperti sakit kepala, pusing, otot tegang, kesemutan, mati rasa, lemas, dan wajah kemerahan

Lalu, meski sakit kepala dan migrain merupakan efek samping yang paling banyak dilaporkan saat mengonsumsi MSG, sebuah penelitian terbaru membuktikan bahwa tidak ada koneksi antara keduanya.

Sebuah ulasan pada tahun 2016 juga memeriksa beberapa penelitian terkait hubungan antara asupan MSG dan sakit kepala.

Hasilnya, ditemukan bahwa enam studi terkait konsumsi MSG dan tidak dapat menemukan bukti terkait hubungan antara MSG dan sakit kepala.

Tapi dalam tujuh studi lain di mana MSG dosis tinggi dicairkan, ditemukan bahwa mereka yang meminumnya mengalami sakit kepala lebih sering dibanding orang yang mengonsumsinya lewat makanan.

Namun, tim peneliti meyakini bahwa studi tersebut tidak benar-benar “buta,” karena rasa MSG mudah ditebak. Artinya, kemungkinan besar para peserta studi tahu bahwa mereka menerima MSG, dan menjawab sekenanya.

International Headache Society (IHS) pun menghapus MSG dari daftar penyebab sakit kepalanya setelah penelitian tidak menemukan koneksi antara keduanya.

Kesimpulannya, hingga saat ini belum ada bukti kuat bahwa MSG dapat menyebabkan sakit kepala.

Apakah MSG berbahaya ?

Lembaga Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah mengkasifikasikan MSG sebagai bahan yang aman dikonsumsi

Namun, ada beberapa studi yang meyakini bahwa MSG dapat mengakibatkan penambahan berat badan, masalah metabolisme, dan lapar, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan stroke.

Di sisi lain, sebuah ulasan yang meneliti 40 studi menemukan bahwa mayoritas studi yang mengaitkan MSG dengan masalah kesehatan dirancang dengan buruk, dan tidak ada cukup penelitian tentang sensitivitas MSG, meski mengonsumsinya dalam dosis tinggi sebanyak 3 gram atau lebih memang dapat menimbulkan efek samping, seperti tekanan darah tinggi dan sakit kepala.

Namun, kebanyakan orang akan hanya akan mengonsumsi sekitar 0,55 garam MSG per hari, membuat dampak negatif itu akan jarang terjadi, kecuali bagi mereka yang benar-benar sensitif.

Jadi, sebaiknya hindari makanan yang mengandung MSG jika merasa sensitif.

Lalu perlu diingat, makanan yang umumnya mengandung MSG biasanya tidak baik untuk kesehatan, sehingga mengurangi asupannya bisa bermanfaat, meskipun kita tidak sensitif terhadap MSG.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Exit mobile version