Bahaya Obsesi Kulit Glowing yang Perlu Disadari

Bahaya Obsesi Kulit Glowing yang Perlu Disadari

korannews.com – Hampir semua perempuan menginginkan kulit glowing alias kulit cerah bercahaya yang nampak sempurna.

Namun, tahukah kamu kalau ambisi seseorang untuk memiliki kulit glowing ini bisa berbahaya?

Hal itu dikatakan oleh dokter kulit asal London, Dr. Justine Kluk.

Ia meyakini, saat ini ada banyak tren cara membuat kulit glowing yang sebenarnya tidak dapat dicapai atau tidak realistis.

“Saat orang menyebut ‘ kulit glowing ‘, yang biasanya dimaksud adalah warna kulit yang rata tanpa noda dan permukaan halus dan dapat memantulkan cahaya dengan baik,” kata Kluk, sebagaimana dikutip dari situs Refinery29.

“Tapi, menciptakan ‘glass skin’ ini biasanya membutuhkan pencahayaan dan filter, dan kemungkinan besar kita tidak mungkin meniru tampilan ini dalam kehidupan nyata,” sambung dia.

Selain itu, Kluk menambahkan, banyak iklan di media sosial yang menampilkan kulit sempurna tanpa pori, sehingga banyak orang yang terpengaruh dan menginginkannya.

Padahal menurut dia, semua kulit memiliki pori-pori, dan jika hal tersebut menjadi standar kecantikan, mereka yang berusaha untuk mencapainya hanya akan mendapat kekecewaan.

Untuk itu, ia menegaskan bahwa sebenarnya kulit tidak perlu “glowing.”

Hal senada diutarakan oleh juru kampanye rosacea dan positivitas kulit, Lex Gillies.

Menurut Gillies, dulu kulit yang bagus hanyalah kulit yang “tidak berjerawat” saja. Namun saat ini, maknanya seakan bergeser.

Sebab bukan hanya bersih dari jerawat, kulit yang cantik harus jauh dari kerutan, bulu halus, pori-pori, bekas luka, hingga pigmentasi.

Padahal faktor-faktor itu sebenarnya akan bergantung pada genetika dan keberuntungan seseorang, sehingga sulit dicapai.

Kulit glowing tidak sama dengan kulit sehat

Ada yang menyamakan kulit glowing dengan kulit sehat. Padahal, kenyataannya tidak demikian.

“Meskipun makan makanan bergizi, cukup tidur, melembapkan kulit secara teratur, memakai tabir surya, dan menghindari merokok baik untuk kesehatan fisik secara umum dan bermanfaat bagi kulit, kulit glowing bukanlah indikator kulit sehat yang akurat,” kata Dr. Kluk.

Menurut dia, orang dengan wajah dengan noda atau bekas luka serta memiliki kondisi kulit tertentu bisa sangat sehat, begifu pula dengan warna kulit kecokelatan.

Dengan kata lain, kulit glowing tidak akan menentukan seberapa sehat kulit kita.

Produk untuk membuat kulit glowing sebenarnya bisa melukai kulit.

Bahaya kulit glowing bukan hanya terletak pada sisi tidak realistisnya, namun juga bahan produk skincare untuk mencapainya.

Pasalnya, kandungan skincare yang berguna untuk mencerahkan kulit seperti vitamin C, retinol, dan asam eksfoliator berpotensi mengiritasi kulit jika digunakan secara berlebihan.

Apalagi belakangan ini, ada tren skincare 10 langkah ala Korea yang menggabungkan berbagai jenis asam dan retinoid.

Hasilnya, kulit bisa memerah, kering, terkelupas, iritasi, hingga membuat skin barrier rusak.

Untuk itu, Kluk menyarankan agar kita memakai produk skincare sesuai kebutuhan.

Misalnya, mencari produk dengan asam salisilat untuk kulit berjerawat dan komedo, atau asam glikolat untuk hiperpigmentasi.

“Setelah mencapai tujuan itu, lihat prioritas yang lain dan lihat apakah ada hal lain yang dapat kita tambahkan untuk membantu.”

“Jika mencoba semuanya sekaligus, kemungkinan besar kita akan menggunakan berbagai kandungan skincare secara berlebihan,” ujarnya.

Tidak ada yang namanya kulit mulus sempurna

Gillies mengatakan bahwa jerawat, rosacea, dan psoriasis dialami jutaan orang di seluruh dunia.

Karena itulah, media yang terlalu fokus untuk mencapai kulit mulus sempurna bisa berbahaya dan dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.

Untuk itu, Kluk menyebut, sebaiknya semua kondisi kulit diperlakukan secara adil, terutama di media sosial, sehingga dapat menghilangkan tekanan dan kekecewaan seseorang tentang kulitnya.

Pentingnya menerima kondisi kulit sendiri

Kluk menyarankan agar kita selalu mencoba untuk tidak membandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain, terutama secara daring.

Sebab hal tersebut bisa menampilkan foto yang telah diedit, karena hal itu bisa berdampak negatif pada citra diri.

Namun, ia menyarankan agar kita mencari bantuan ke tenaga profesional jika memiliki kondisi kulit yang membuat kita merasa sedih, terutama jika terasa gatal, tidak nyaman, nyeri, atau membuat diri merasa minder.

“Mendapatkan saran dan dukungan yang tepat berpotensi meringankan banyak penderitaan yang kita rasakan,” kata dia.

Namun jika memiliki masalah kulit yang tidak berdampak negatif pada kesejahteraan fisik atau emosional dan memilih untuk tidak mencari pengobatan, tentu tidak apa-apa.

“Bukan berarti orang yang meminta bantuan itu lemah,” kata Kluk.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Jenis mobil apakah yang menggunakan dua mesin penggerak dengan bensin dan motor listrik?

Dapatkan total hadiah Rp 5.000.000,- untuk 10 orang beruntung dengan mengikuti kuis otomotif berikut ini!

Berikut ini yang merupakan kelebihan dari kendaraan listrik, kecuali?

Apa nama bahan bakar dari pertamina ber-oktan 92?

Pada tahun berapakah Robert Anderson mengembangkan mobil roda tiga menggunakan baterai listrik?

Apakah kepanjangan EV yang biasa digunakan dalam mobil listrik?

E-mail

Isi data dirimu untuk keperluan pendataan dan pengiriman hadiah ya

No. Handphone

Nama Lengkap

Provinsi Domisili

Kota/Kabupaten Domisili

Tahun Lahir

Apakah Anda sudah terlindungi dengan Asuransi?

Jenis perlindungan apa yang Anda butuhkan?

Terima kasih atas partisipasinya!

Silahkan login dengan KG Media ID untuk melanjutkan survey

error: Content is protected !!