korannews.com – Jakarta Dalam hidup kita akan dihadapkan pada berbagai macam fase perubahan. Dinamika dalam hidup juga akan terus menyertai kita seiring pertambahan usia kita. Di antara kita pun ada yang kini sedang berada di fase ingin menikah tapi tak kunjung menemukan orang yang tepat.
Orang-orang di sekitar kita pun makin gencar menanyakan kapan kita menikah, apalagi terkait dengan usia yang tak lagi muda. Menghadapi situasi ini bisa membuat kita dihadapkan pada berbagai macam dilema. Lima hal ini pun mungkin juga sedang kita hadapi dan rasakan.
1. Tak Ingin Memaksakan Diri tapi Merasa Bersalah jika Tak Memenuhi Ekspektasi
“I think when you decide to get married you also look ahead and understand there will be challenges to sustaining long-term love.” (Conversations on Love, hlm. 108)
Pernikahan akan menghadirkan tantangan dan perjalanan baru. Makin bertambah usia makin kita menyadari bahwa tiap perjalanan hidup akan menghadirkan tantangan baru. Untuk menikah memang tak cukup hanya karena “ingin” saja tapi juga perlu kesiapan matang. Di satu sisi, tak mau terlalu memaksakan diri. Namun, di sisi lain rasanya akan merasa berasalah jika belum bisa memenuhi ekspektasi untuk menikah.
2. Inginnya Menikah untuk Hidup Lebih Bahagia, tapi Mungkinkah?
“As well as learning about ourselves through spending time alone, I think we can continue to do so in a relationship too.” (Conversations on Love, hlm. 109)
Menikah memang bukan solusi untuk setiap permasalahan. Setelah menikah, tidak ada jaminan semua masalah hilang dan lenyap begitu saja. Sehingga kita pun merasa penting untuk selektif dan berhati-hati dalam memilih pasangan. Walau rasanya sudah sangat ingin menikah karena ingin lebih bahagia, tapi kalau belum menemukan orang yang tepat rasanya tak perlu memaksakan diri.
3. Maunya Cuek dengan Cibiran Orang, tapi Telinga Selalu Bisa Mendengar
Orang-orang di sekitar kita mungkin ada yang mulai memojokkan kita karena kita tak kunjung menikah. Bukannya kita menolak menikah, tapi kalau belum bertemu jodohnya ya mau bagaimana lagi. Meski kadang mencoba cuek dengan cibiran atau penghakiman orang lain, tapi telinga ini tak bisa ditutup begitu saja. Sehingga kadang memilih untuk pura-pura baik-baik saja, meski sebenarnya hati ini terluka.
4. Menyadari bahwa Hidup Bukan Perlombaan, tapi Sedih Juga saat Merasa Terlambat
Teman, sahabat, atau kenalan kita yang seusia kita sudah banyak yang menikah. Banyak yang sudah berumah tangga dan membangun keluarga. Sudah dikaruniai anak dan kehidupan yang tampak bahagia. Sementara kita di sini masih bergumul dengan permasalahan yang sama. Walau menyadari hidup ini bukan perlombaan, tapi tetap saja kadang ada rasa sedih saat merasa berbeda atau tidak berada di titik yang sama dengan orang-orang seusia kita yang lainnya.