Presiden Joko Widodo pada April 2022 lalu, menargetkan Industri petrokimia nasional menjadi nomor satu di Asean. Industri ini menjadi strategis di sektor hulu karena menjadi dasar bagi pengembangan industri hilir seperti plastik, tekstil, elektronika, otomotif, dan obat-obatan.
Namun sayangnya, di industri plastik masih banyak pemain dengan kapital besar yang bermain sehingga menghambat akselerasi pertumbuhan industri plastik nasional. Menukil data internal Tokoplas, 99% pengusaha di industri ini adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM). “Bagaimana mungkin perusahaan kecil bisa langsung beli dari pabrikan? Mereka hanya bisa membeli raw material dari layer bawah. Dampaknya adalah harga UMKM ini tidak bisa bersaing dengan pemain lain,” kata Antoni Gunawan, CEO Tokoplas.
Melihat fenomena tersebut, Antoni mendirikan platform e-commerce Tokoplas untuk para pelaku industri plastik pada tahun 2020. Di dalam ekosistemnya, platform yang dikhususkan untuk segmen B2B tersebut mengelola website dan mobile apps untuk memudahkan costumer dan supplier melakukan transaksi. “Tokoplas mengundang para distributor besar dan pabrikan untuk bergabung, sehingga UMKM industri plastik bisa langsung membeli bahan baku dari pabrik. Kami ingin UMKM bisa bersaing di market, tidak hanya dengan pemain lokal tetapi juga impor,” tandasnya.
Tidak hanya menargetkan segmen UMKM, Tokoplas juga menargetkan segmen korporat. Meskipun saat ini konsumen terbanyak masih dipegang oleh sektor UMKM 90%. Namun, pihaknya membuka peluang bagi pelaku bisnis skala apapun untuk ikut mendorong industri plastik nasional. Sementara dari segi transaksi, Tokoplas melayani pembelian bahan baku plastik mulai dari 25 Kg hingga 1 Zak.
Sejalan dengan perkembangan bisnisnya, platform kini telah memperbanyak kategori produk dan telah bekerjasama dengan 12 supplier. “Kami memberikan supplier akses langsung kepada 2.600 konsumen dengan menjanjikan pembayaran di muka, sehingga berdampak pada cashflow supplier,” ujarnya menambahkan.
Di waktu yang bersamaan, Chief Operating Officer Tokoplas, Daryl Jiemy, menuturkan, para supplier bisa menghemat tenaga kerja karena Tokoplas akan menangani seluruh proses penjualan, pengiriman hingga after sales service. “Supplier juga memiliki kontrol penuh untuk menentukan harga yang kompetitif,” kata dia. Dari sisi konsumen, Tokoplas dapat memberikan harga yang transparan dan kompetitif, serta lebih hemat dengan adanya program promosi.
Kemudahan lain yang ditawarkan adalah fleksibelitas dalam pengaturan jadwal pengiriman, aman karena menggunakan armada yang dimilik, adanya fitur live tracking untuk mengecek pengiriman secara real time, papperless document, dan dapat melihat history belanja di dalam akun. Daryl mengatakan, konsumen juga bisa mendapatkan pilihan belanja cicilan, cash, atau tempo. Dalam pemilihan cara bayar ini, Tokoplas bekerjasama dengan institusi keuangan seperti BCA, UOB, Danamon, Bank Ina, dan P2P lending.
“pembeli dapat mengatur pembelian sesuai dengan kebutuhan, sehingga cashflow dapat diatur dengan baik,” ujarnya. Hingga saat ini, Tokoplas mencatatkan total GMV sebesar Rp2,6 triliun dan telah memiliki 7 gudang di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Bekasi, Bandung, Solo, Semarang, dan Surabaya. Dalam roadmapnya, perusahaan menargetkan untuk menjadi one stop shopping solution untuk pelaku industri plastik di Indonesia dan Asia Tenggara.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id
Artikel ini bersumber dari swa.co.id.