Teliti Arsitektur Beratap Indonesia Antarkan Eugenius Pradipto Jadi Guru Besar di UGM

Teliti Arsitektur Beratap Indonesia Antarkan Eugenius Pradipto Jadi Guru Besar di UGM

Teliti Arsitektur Beratap Indonesia Antarkan Eugenius Pradipto Jadi Guru Besar di UGM

Jakarta: Eugenius Pradipto dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam pengukuhannya, dia menyampaikan pidato berjudul Rekayasa Bambu Berbasis Kearifan Lokal untuk Arsitektur Beratap Indonesia.
 
“Bentuk atap arsitektur tradisional merupakan wujud ekspresi hubungan harmonis antar manusia dengan sang pencipta. Penutup atap berperan sebagai media peralihan udara panas di ruang atas dan mengalirkannya menerobos ke luar ruangan,” kata Pradipto dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 13 Juli 2022.
 
Pradipto menjelaskan pendidikan arsitektur di Indonesia mengarah pada penguasaan keahlian merancang bangunan dengan fokus pada parameter fungsi, iklim, konstruksi, dan bahan bangunan. Pola pemikiran barat dipelajari, diperdalam, dikembangkan, dan dipergunakan dalam proses desain arsitektur di Indonesia. 





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Kemudian faktor iklim tropis dan kebencanaan dihadapi dan diselesaikan dengan cara teknologi, “dilawan” atau “ditaklukkan”. Pradipto menilai arsitektur Indonesia saat ini belum berpijak di atas bumi alam tropis lembab dan lingkungan yang penuh kebencanaan.
 
Mereka asyik mencari ‘bentuk’ baru. Padahal, kearifan lokal di Indonesia sudah punya “pola dan bentuk” sendiri.
 
“Kita tinggal mengisi dan meningkatkan kualitas,” tutur dia. 
 
Pradipto menuturkan sebagian besar arsitektur tradisional daerah yang tersebar di nusantara memiliki landasan kepercayaan terhadap kosmologi. Kepercayaan itu mendasari sikap hidup bersama dengan alam dan lingkunga yang mereka pegang teguh dan jalankan secara konsekuen sehingga mengakar kuat dan terwujud dalam arsitektur tradisional daerah. 
 
Dia mengatakan ragam arsitektur ini dipertajam oleh keadaan atau nilai kearifan lokal dan bukan saja unik namun juga sangat khas. Tampilan atap bangunan sangat beragam bukan hanya untuk mengatasi iklim lembab basah namun juga mengekspresikan nilai sosial-budaya daerah.
 
Pradipto menyebut ruang pusat tengah sebagai perwujudan nilai kearifan lokal banyak ditemukan pada arsitektur tradisional di daerah-daerah. Keberadaan ruang pusat tengah dipercaya mampu menjaga hubungan lingkungan tetap harmoni dan menjadi sikap pandangan hidup bersama alam yang lentur dan fleksibel dalam menghadapi perubahan. 
 
Pola bentuk ‘ruang pusat tengah’ menjulang menurut hukum termodinamis berperan sebagai media pergerakan udara panas dari ruang tengah bawah naik menuju ke ruang atas. Penutup atap berperan sebagai media peralihan udara panas di ruang atas dan mengalirkannya menerobos ke luar ruangan. 
 
Penutup atap dengan blok sirap yang berlapis-lapis dan berpori satu merupakan model penutup atap yang berperan melindungi ruang tengah dari panas matahari dan hujan. Pradipto menekankan prinsip-prinsip keseimbangan dan kelenturan konstruksi dalam menanggapi kemarahan alam dan lingkungan merupakan prinsip dasar untuk membangun pemahaman dan mewujudkan ’arsitektur beratap’ berkarakter Indonesia.
 
“Ke depan, ’arsitektur beratap’ Indonesia akan tumbuh dan berkembang apabila memberikan nilai manfaat bagi penghuni di bawah atap blok sirap bambu menjadi sehat, nyaman, dan tentram,” tutur dia. 
 

 

(REN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Exit mobile version