Merdeka.com – Pada awal tahun ini, Sribu – platform crowdsourcing khusus digital content – mengumumkan telah diakuisisi oleh perusahaan Mynavi Corporation Japan. Mynavi merupakan salah satu perusahaan terbesar di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan layanan informasi yang didirikan pada tahun 1973 di Jepang.
Sribu bukanlah pemain baru di bidang crowdsourcing untuk digital content. Perusahaan besutan Ryan Gondokusumo ini hadir sejak 10 tahun lalu ketika booming startup belum seperti sekarang.
Di awal operasional, Sribu fokus pada crowdsourcing untuk jasa desain grafis. Dengan bantuan investasi awal dari East Ventures, Sribu berhasil tumbuh meski lambat. Hingga pada 2014, Asteria – investor kedua – kepincut menanamkan modal di startup ini.
“Sejak awal, kami sebagai perusahaan teknologi sudah fokus pada profitabilitas, bukan sekadar bakar duit,” ungkap Ryan kepada Merdeka.com saat wawancara virtual, Rabu (13/7).
Pelan tapi pasti pada 2015, Sribu merilis layanan terbarunya yakni Sribulancer. Layanan ini mulai melebar, tidak hanya dikhususkan untuk desain grafis, tetapi juga mulai ke digital content seperti copywriting, fotografi, videografi, website, dan digital marketing. Sampai saat ini, ia menyebutkan sudah ada 26 ribu freelancer yang terkurasi.
“Lalu pada 2017, kami mengembangkan lagi Sribu Solution. Sribu Solution ini khusus untuk klien yang luxury dan IPO. Sifatnya kami seperti agensi. Nah, sampai hari ini kita sudah menghandle 50 lebih proyek,” jelas dia.
Setahun kemudian, Sribu mendapatkan pendanaan dari CrowdWorks untuk semakin meningkatkan bisnis yang dijalani. Barulah pada awal 2022, berkat jaringan yang dimiliki oleh para investor, Sribu menyepakati untuk proses akuisisi oleh Mynavi Corporation Japan. Sayangnya, Ryan enggan blak-blakan berapa duit yang harus dikeluarkan perusahaan Jepang itu untuk ambil alih kepemilikan Sribu.
Kejar Peningkatan Pertumbuhan
Ryan sebagai CEO Sribu mengatakan ada tiga hal yang akan menjadi fokus di tahun pertama pasca diakuisisi. Pertama, Sribu akan membangun tim yang lebih solid. Sebelum diakusisi, Sribu hanya memiliki 25 orang karyawan.
“Saat ini kami sudah memiliki 53 orang dan sudah ada total 4 direktur,” kata dia.
Kemudian fokus yang kedua adalah Sribu mulai beradaptasi dengan aturan-aturan yang diwajibkan oleh induk perusahaan. Lalu yang ketiga, Sribu menargetkan 25 ribu pekerjaan di tahun ini.
“Kami ingin kejar 25 ribu jobs di akhir tahun ini. Di pertengahan tahun, sudah 10 ribu jobs yang kami tawarkan kepada anggota,” ungkap dia.
Ryan optimis pertumbuhan peningkatan bisa dilalui oleh pihaknya. Sebab, berdasarkan data yang dimilikinya, market digital content di Indonesia mencapai angka Rp 29 triliun. Terlebih, dengan kekuatan saat ini, dia merasakan perbedaan mulai dari sumber daya manusia hingga kapital.
“Jadi kalau saya lihat, sekarang ini market ini masih gede banget. Apalagi dulu saya sendiri dan sekarang sudah ada tim, saya bisa lihat bedanya berasa banget. Dulu, kita tetap growth dari tahun ke tahun tapi memang pelan. Kalau sekarang, kita juga sudah punya investor yang kuat. Apalagi post pandemic ini peluangnya kembali luas daripada saat pandemi dua tahun lalu,” terang dia.
[faz]
Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.