Menkeu-Gubernur Bank Sentral G20 Siapkan Aksi Konkret Hadapi Tantangan Ekonomi Global

Menkeu-Gubernur Bank Sentral G20 Siapkan Aksi Konkret Hadapi Tantangan Ekonomi Global

korannews.com – Menteri keuangan (Menkeu) dan gubernur bank sentral negara-negara anggota G20 menegaskan kembali komitmen untuk memecahkan tantangan ekonomi global yang meningkat dan berfokus pada hasil nyata. Hal itu diputuskan dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) ke-4 di Washington D.C, Amerika Serikat.

Adapun pertemuan itu dipimpin langsung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Perry Warjiyo. Presidensi G20 Indonesia pun terus berupaya untuk menjaga semangat dan efektivitas G20.

Sri Mulyani menyampaikan, bahwa selama masa Presidensi G20, Indonesia telah bersungguh-sungguh untuk mengupayakan diskusi G20 berjalan lancar dan menyampaikan apresiasi yang tinggi atas dukungan kuat dari semua anggota.

“Kita harus terus melangkah ke depan, kita perlu menghasilkan aksi konkret dengan menunjukkan semangat kerja sama, kolaborasi, dan konsensus. Secara historis, G20 telah mencatatkan kemampuan kita untuk melalui ini semua,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (14/10/2022).

Terdapat 6 agenda yang dibahas dalam pertemuan itu, yakni ekonomi global, arsitektur keuangan internasional, peraturan sektor keuangan, investasi infrastruktur, keuangan berkelanjutan, dan perpajakan berkelanjutan. Topik itu dipilih seiring dengan kondisi perekonomian global yang saat ini mengalami berbagai guncangan dan tantangan.

Saat ini dunia dihadapkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan persisten, kondisi keuangan yang semakin ketat, perang Rusia melawan Ukraina, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, dan ketidaksesuaian penawaran-permintaan semakin memperlambat prospek ekonomi global.

Rusia Pertimbangkan Pertemuan Putin-Biden di G20 Bali

Meningkatnya kekhawatiran tentang harga pangan dan energi mengakibatkan tekanan biaya hidup di banyak negara, yang ikut serta menambah tekanan inflasi. Selain itu, cuaca ekstrem akibat perubahan iklim menimbulkan risiko penurunan terhadap prospek ekonomi global, dan kenaikan harga energi juga menghambat jalan menuju transisi hijau.

Tantangan global yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya kerentanan utang dan menghambat jalan menuju pemulihan, yang selanjutnya berdampak pada kelompok rentan, terutama negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang.

Dalam situasi ekonomi ini, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral telah berkumpul kembali untuk keempat kalinya tahun ini di Washington D.C, untuk mengambil tindakan nyata guna mengatasi tantangan ekonomi global.

“Sejak awal presidensi, G20 telah bekerja sama untuk memajukan isu-isu global yang bersifat kritis serta mampu memberikan solusi konkret dan kolektif untuk mendorong pemulihan,” tambah Gubernur BI Perry Warjiyo.

Sejalan dengan tantangan ekonomi global saat ini, anggota G20 menegaskan kembali komitmen terhadap kebijakan yang terkalibrasi, terencana, dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung pemulihan berkelanjutan dan untuk mengurangi efek luka pandemi untuk mendukung pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

Seiring dengan tantangan yang semakin meningkat, G20 menekankan pentingnya menjaga respons kebijakan fiskal yang mampu bergerak cepat dan fleksibel, serta langkah-langkah pengendalian yang bersifat sementara dan tepat sasaran untuk menghindari tekanan inflasi yang tinggi.

Dalam hal ini, G20 menegaskan kembali pentingnya kerja sama kebijakan makro untuk menjaga stabilitas keuangan, dan kebijakan fiskal jangka panjang yang berkelanjutan, serta melindungi risiko penurunan dan dampak negative efek spillover. G20 juga menegaskan kembali pentingnya kebijakan makroprudensial, kemajuan agenda pembangunan berkelanjutan, dan transisi berkelanjutan.

Untuk mencapai stabilitas harga dan menghindari spillover, G20 juga berkomitmen untuk mengkalibrasi laju pengetatan kebijakan moneter secara tepat.

Sehubungan dengan meningkatnya risiko kerawanan pangan dan energi, G20 berkomitmen untuk mempertimbangkan semua alat yang diperlukan untuk mengatasi kerawanan pangan dan energi serta tekanan biaya hidup yang dialami di banyak negara.

Exit mobile version