Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menargetkan 60% produksi alat kesehatan dalam negeri menggunakan komponen lokal. Target tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa alat kesehatan di Indonesia baik yang sudah jadi maupun bahan bakunya masih di dominasi impor.
Hal ini disampaikan Menkes saat meresmikan fasilitas produksi dan peluncuran perdana alat kesehatan elektromedik Mindray produksi dalam negeri di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (27/08/2022).
”Kalau sekarang masih ada beberapa komponen dari luar negeri tidak apa-apa. Tapi kita tidak bisa melakukan ini terlalu lama. Keinginan kita sekitar 50-60% alat kesehatan dan obat-obatan dari hulu sampai ke hilir harus dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri,” ujar Menkes.
Menkes menjabarkan di tahun 2019-2020, transaksi alkes impor mencapai 88% sementara untuk produk lokal hanya berkisar 12%. Padahal dari total 496 jenis alkes yang ditransaksikan di kurun waktu tersebut, ada 152 alkes yang sebenarnya mampu diproduksi sendiri. Rendahnya penggunaan alkes produk lokal ini dinilai karena keterbatasan teknologi dan implementasi regulasi penggunaan produk dalam negeri.
Hal ini semakin diperburuk saat awal pandemi Covid-19 Indonesia kesulitan mendapatkan alat kesehatan karena adanya lockdown serta pembatasan mobilitas manusia maupun barang untuk mengurangi transmisi virus.
”Saat pandemi kemarin terasa sekali, cari masker susah, APD susah. Untuk memastikan adanya kemandirian alat kesehatan dalam negeri, kita melakukan transformasi kesehatan utamanya pilar ketiga yakin transformasi ketahanan sistem kesehatan. Jadi kalau ada pandemi lagi kita tidak bergantung dengan negara lain,” lanjutnya.
Menurutnya, dukungan dari para produsen dan UMKM sangat penting guna mewujudkan kemandirian bangsa di bidang kesehatan. Salah satunya yang dilakukan oleh PT D&V Medika yang bekerja sama dengan PT Mindray untuk memproduksi alat kesehatan elektromedik dalam negeri.
”Saya apresiasi sekali D&V Medika dan Mindray yang sudah melakukan langkah besar, baru mulai komitmen pada Desember tapi sekarang sudah mulai produksi. Memang ini start small, tapi ini tidak boleh bertahan hanya sampai disini. Setiap tahun harus ada progres komponen mana yang bisa diproduksi di Indonesia,” pesan Menkes.
Baca Juga: DV Medika Ingin Jadi Regional Production Hub Alat Medis
Kolaborasi seperti ini diharapkan menjadi contoh bagi produsen lainnya untuk saling bersinergi dan berkolaborasi dengan produsen yang memiliki teknologi tinggi. Dengan demikian akan terjadi transfer teknologi mengenai teknik-teknik produksi, management produksi hingga proses distribusi yang lebih baik.
“Dengan kolaborasi ini kami harap akan ada lebih banyak tenaga kerja yang diserap dan lebih banyak uang berputar di dalam negeri. Ini yang diinginkan Bapak Presiden dan saya akan monitor itu. Saya tidak hanya akan mengukur penjualannya, tetapi juga bahan bakunya,” tegasnya.
Selain meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi alkes dalam negeri, Menkes juga meminta agar belanja alat kesehatan dalam negeri dimaksimalkan. Komitmen ini sejalan dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022 dalam rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.
“Komitmen Kemenkes tahun ini dari sekitar Rp38 triliun anggaran belanja barang, kami sudah janji Rp19 triliun (42%) akan dibelanjakan untuk produk dalam negeri. Dan sampai Agustus ini sudah terealisasi Rp4 triliun. Jadi masih ada Rp15 triliun lagi yang kami harap terealisasi hingga akhir tahun,” jelas Menkes yang meyebut progres realisasinya akan di monitor langsung oleh Presiden Joko Widodo setiap tiga bulan.
“Bahkan, tahun depan Bapak Presiden minta agar belanja produk lokal naik ke 95%. Untuk itu, kami berharap ada lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan domestik untuk bisa memproduksi alat kesehatan di dalam negeri dengan komponen lokal yang tinggi,” tuturnya.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id
Artikel ini bersumber dari swa.co.id.