Mayoritas Bursa Asia Loyo, IHSG Kudu Waspada

Mayoritas Bursa Asia Loyo, IHSG Kudu Waspada

Mayoritas Bursa Asia Loyo, IHSG Kudu Waspada

korannews.comJakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Jumat (2/12/2022). Investor mencari kejelasan setelah China mengisyaratkan sedikit pelonggaran pembatasan Covid-19 yang ketat.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka merosot 0,86%, Shanghai Composite China turun tipis 0,09%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,47%, ASX 200 Australia terpangkas 0,67%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,34%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong pada hari ini dibuka di zona hijau, yakni menguat 0,17%.

Di China, pemerintah setempat mulai melonggarkan pembatasan terkait Covid-19, terutama di Kota Guangzhou dan Chongqing.

Kebijakan ini diambil sehari setelah para demonstran yang protes terhadap pembatasan di Guangzhou selatan bentrok dengan pihak polisi.

Salah seorang pejabat kota mengungkapkan, kota Chongqing di barat daya akan mengizinkan kontak dekat orang dengan Covid-19, yang memenuhi persyaratan tertentu, untuk dikarantina di rumah.

Guangzhou, kota dekat Hong Kong, juga mengumumkan pelonggaran pembatasan. Namun dengan rekor jumlah kasus secara nasional, tampak ada sedikit prospek perubahan besar dalam kebijakan nol-Covid-nya.

Selain pelonggaran pembatasan di Guangzhou dan Chongqing, pejabat di Zhengzhou, lokasi pabrik besar Foxconn yang membuat iPhone Apple yang sempat rusuh terkait Covid-19, mengumumkan dimulainya kembali bisnis secara “tertib”, termasuk supermarket, pusat kebugaran dan restoran.

Adapun, pelonggaran beberapa tindakan merupakan upaya untuk menenangkan publik. Pihak berwenang juga mulai mencari mereka yang telah melakukan protes.

“Polisi datang ke pintu depan saya untuk menanyakan semuanya dan meminta saya melengkapi catatan tertulis,” kata seorang warga Beijing yang menolak disebutkan namanya kepada Reuters.

Demonstrasi, yang terjadi selama akhir pekan ke Shanghai, Beijing dan di kota China lainnya, menjadi aksi pembangkangan publik terparah sejak Presiden Xi Jinping berkuasa mulai 2012.

Dari Korea Selatan, inflasi pada periode November 2022 dilaporkan sedikit menurun yakni menjadi 5% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya mencapai 5,7% pada Oktober lalu.

Hal ini menandai laju paling lambat sejak April dan sedikit meleset dari ekspektasi pasar. Pasar dalam survei Reuters memperkirakan inflasi Korea Selatan pada bulan lalu turun menjadi 5,1%

Inflasi Negeri Ginseng telah turun sejak mencapai level tertinggi 24 tahun sebesar 6,3% pada Juli lalu karena melonjaknya harga energi global mereda dan ekonomi global yang mulai melambat.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah pada hari ini terjadi di tengah kurang bergairahnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,56% dan S&P 500 turun tipis 0,09%. Namun untuk indeks Nasdaq Composite ditutup menguat 0,13%.

Investor di AS menunggu rilis data pekerjaan yang dijadwalkan hari ini, sehingga mereka cenderung wait and see dan membuat Wall Street kurang bergairah.

“Tampaknya lebih teknis dan terlihat seperti dorongan besar kemarin,” tutur Direktur Pelaksana Strategi Investasi dan Penelitian di Aspiriant David Grecsek dikutip CNBC International.

Adapun data pekerjaan AS yang akan dirilis pada hari ini yakni data pekerjaan non-pertanian, tingkat pengangguran dan upah per jam untuk mengetahui situasi pasar tenaga kerja.

Ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan akan ada sebanyak 200.000 pekerjaan pada November 2022, turun dari bulan sebelumnya di 261.000 pekerjaan.

Data-data tersebut akan dicermati dengan ketat oleh pasar dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menjadi acuan arah kebijakan moneter selanjutnya, meski The Fed telah mengindikasikan akan memperlambat laju kenaikan suku bunga acuannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

error: Content is protected !!