Mantap! Sukses Salip Dolar, Rupiah Bertengger di Rp14.921/USD

Mantap! Sukses Salip Dolar, Rupiah Bertengger di Rp14.921/USD

Mantap! Sukses Salip Dolar, Rupiah Bertengger di Rp14.921/USD

Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 28 Juli 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD menguat ke level Rp14.921 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 89 poin atau setara 0,59 persen dari posisi Rp15.010 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp14.915 per USD hingga Rp14.975 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 4,62 persen.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Di sisi lain, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp14.960 per USD. Rupiah menguat tajam hingga 55 poin atau setara 0,36 persen dari Rp15.015 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp14.958 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 62 poin dari Rp15.020 per USD di perdagangan sebelumnya.
 
Sebelumnya, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menilai kurs rupiah terhadap dolar AS mampu menguat karena kenaikan suku bunga The Fed sesuai dengan ekspektasi pasar. Adapun langkah moneter itu dilakukan guna memerangi ledakan inflasi di AS yang belum kunjung mereda.
 
Ia mengungkapkan perdagangan valuta asing (valas) global saat ini dipengaruhi kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps), sesuai ekspektasi.
 

 
Kenaikan suku bunga 75 basis poin yang diumumkan oleh Otoritas Moneter AS, ditambah dengan tindakan sebelumnya pada Maret, Mei, dan Juni, kini telah mendongkrak suku bunga acuan bank sentral dari mendekati nol ke level antara 2,25-2,50 persen.
 
Kenaikan bunga AS tersebut adalah pengetatan kebijakan moneter tercepat sejak mantan Ketua Fed Paul Volcker berjuang melawan inflasi dua digit pada 1980-an. Penyembuhannya kemudian melibatkan resesi berturut-turut.
 
Kendati demikian, The Fed menambahkan sinyal kenaikan suku bunga ke depan tidak akan seagresif dua bulan terakhir yang sebesar 75 bps dan melihat kemungkinan resesi AS mengecil karena membaiknya fundamental ekonomi Negeri Paman Sam.
 
Dolar AS pun melemah di dekat level terendah tiga minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada Kamis pagi, setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell meredakan kekhawatiran pedagang tentang berlanjutnya pengetatan moneter yang agresif.

 

(HUS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Exit mobile version