Luka-luka tersebut didapat saat ia sedang mengisi sebuah acara di negara bagian New York, Amerika Serikat (AS). Kondisi terbarunya diketahui dari tweet rekan penulisnya, Aatish Taseer.
“Dia tidak menggunakan ventilator lagi dan sudah dapat berbicara,” kata Taseer dalam unggahannya tersebut, dilansir dari Al Jazeera, Senin, 15 Agustus 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Agen Rushdie, Andrew Wylie, membenarkan informasi itu. “Dia sudah melepas ventilator sehingga jalan menuju pemulihan telah dimulai. (Pemulihan) ini akan lama, lukanya parah. Tapi kondisinya menuju ke arah yang benar,” kata Wylie.
Pada Sabtu, pria yang dituduh menyerangnya sehari sebelumnya di Chautauqua Institution, mengaku tidak bersalah atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan. Pengacara yang ditunjuk membela Hadi Matar mengajukan pembelaan atas namanya selama dakwaan di New York barat.
Baca juga: Salman Rushdie Sudah Bisa Berbicara Usai Penikaman
Seorang hakim memerintahkan dia ditahan tanpa jaminan setelah Jaksa Wilayah Jason Schmidt mengatakan kepadanya bahwa Matar, 24, mengambil langkah-langkah untuk dengan sengaja menempatkan dirinya dalam posisi untuk menyakiti Rushdie.
“Ini adalah serangan yang ditargetkan, tidak diprovokasi, dan direncanakan sebelumnya terhadap Rushdie,” kata Schmidt.
Jaksa mengatakan, Rushdie ditikam 10 kali. Akibat tikaman tersebut, novelis itu menderita kerusakan hati dan saraf putus di lengan dan mata.
Dia kemungkinan besar akan kehilangan mata yang terluka.
Pria 75 tahun itu selama lebih dari 30 tahun menghadapi ancaman pembunuhan karena bukunya The Satanic Verses (Ayat-Ayat Setan). Penusukan itu dikecam oleh penulis dan politisi di seluruh dunia sebagai serangan terhadap kebebasan berekspresi.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memuji cita-cita universal yang diwujudkan Rushdie dan karya-karyanya. “Kebenaran, keberanian, ketangguhan, kemampuan untuk berbagi ide tanpa rasa takut. Ini adalah blok bangunan dari setiap masyarakat yang bebas dan terbuka,” kata Biden.
Rushdie, penduduk asli India yang sejak itu tinggal di Inggris dan Amerika Serikat, dikenal dengan gaya prosa surealis dan satirnya, dimulai dengan novelnya yang memenangkan Booker Prize 1981, Midnight’s Children, di mana ia dengan tajam mengkritik film Indira Gandhi.
(FJR)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.