Korporasi China Ini IPO Rp 9 Triliun Demi Garap Nikel RI

Korporasi China Ini IPO Rp 9 Triliun Demi Garap Nikel RI

Korporasi China Ini IPO Rp 9 Triliun Demi Garap Nikel RI

korannews.com – Indonesia konon disebut menjadi salah satu negara yang akan terhindar dari awan gelap pada tahun depan. Bahkan dengan adanya KTT G20 tahun ini, banyak komitmen yang memastikan investasi pada tahun depan di Indonesia tetap meyakinkan.

Perusahaan perdagangan nikel asal China, Lygend Resources & Technology, akan segera melakukan penawaran umum perdana di bursa Hong Kong dan menempatkan Indonesia pada titik sentral ekspansi masif perusahaan.

Melansir prospektus IPO, Lygend berambisi menggalang dana hingga US$ 594 juta atau setara dengan Rp 9,21 triliun (asumsi kurs Rp 15.500/US$) untuk membiayai ekspansi bisnis di Indonesia. Saham perusahaan ini akan mulai diperdagangkan di Bursa Saham Hong Kong pada 1 Desember.

Perusahaan menyebut akan menggunakan 56,4% dana IPO untuk pengembangan dan pembangunan proyek produksi nikel di Pulau Obi Indonesia. Kemudian 24% dana IPO akan digunakan untuk modal tambahan di Contemporary Brunp Lygend (CBL), perusahaan patungan bersama Contemporary Amperex Technology (CATL).

CBL akan fokus pada berbagai proyek di Indonesia di seluruh rantai nilai industri kendaraaan listrik baru (NEV), mulai dari eksplorasi tambang nikel, produksi nikel dan bahan baterai NEV, hingga manufaktur dan daur ulang baterai NEV. CBL saat ini berencana untuk mendirikan usaha patungan dengan mitra Indonesia yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Industri Baterai Indonesia (IBI).

Sekitar 9,6% dana IPO akan digunakan untuk melakukan investasi di tambang nikel potensial di Indonesia untuk mengamankan rantai pasok mengingat lanskap industri hilirisasi nikel yang semakin sesak. Sementara sekitar 10% sisanya akan digunakan untuk modal kerja dan kegiatan umum perusahaan.

Ekspansi Masif di RI

Ekspansi masif tersebut memungkinkannya perusahaan perdagangan nikel untuk meningkatkan ekspor logam dalam jumlah signifikan, yang mana permintaan nikel sangat tinggi di China. Lygend sendiri merupakan pedagang produk nikel terbesar di dunia dan terbesar di China dengan pangsa pasar 26,8% pada tahun 2021.

Selain bergerak di bidang perdagangan, Lygend juga ikut memproduksi sejumlah produk nikel utama seperti baja tahan karat dan komponen penting baterai. Semester pertama tahun ini pendapatan perusahaan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi hampir 10 miliar yuan (US$ 1,4 miliar) atau setara dengan Rp 21,70 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Lebih fantastis lagi, laba bersih perseroan terbang nyaris 2.500% menjadi 2,29 miliar yuan (Rp 5,01 triliun) dari semula hanya 89 juta yuan pada akhir Juni tahun lalu. Kenaikan fantastis ini salah satunya berkat lonjakan harga nikel sekitar 20% sejak awal tahun.

Dalam prospektus IPO, Lygend juga menyebut PT Trimegah Bangun Persada (TBP) sebagai partner utama bisnis yang dijalankan di Indonesia yang terutama di bidang pertambangan dan produksi nikel.

Bersama TBP, Lygend telah membentuk enam entitas patungan untuk operasi bisnis kami di Pulau Obi, termasuk PT Halmahera Persada Lygend (HPL), PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), PT Obi Nickel Cobalt (ONC), PT Karunia Permai Sentosa (KPS), PT Dharma Cipta Mulia (DCM) dan PT Obi Stainless Steel (OSS).

Dalam kerja sama di enam perusahaan tersebut Lygend telah menanggung besaran investasi sebesar US$ 489,9 juta (Rp 7,59 triliun) sedangkan Trimegah Bangun Persada telah menanggung US$ 438,1 juta (Rp 6,79 triliun). Sementara itu Lygend juga masih akan menanggung jumlah investasi tambahan US$ 649,5 juta (Rp 10,07) dan Trimegah senilai US$ 391,2 juta (Rp 6,06 triliun).

Salah satu perusahaan patungan Lygend dan TBP utama yakni Halmahera Persada Lygend (HPL) telah mengoperasikan smelter dengan bahan baku utama nikel kadar rendah.

Mengutip website resmi perusahaan, HPL mengklaim menjadi pionir penghasil bahan baku baterai mobil listrik di Indonesia dengan wilayah operasionalnya berada di Kawasan Industri Pulau Obi dan resmi beroperasi pada 23 Juni 2021. Proyek tersebut juga disebut menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional di Pulau Obi.

Total nilai investasi di smelter nikel dengan motede High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini disebut mencapai Rp 15 triliun dan menggunakan limonit (kadar nikel <1,5%) yang bersumber dari penambangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Produksi Trimegah Bangun Persada (TBP)

PT Trimegah Bangun Persada sendiri dikendalikan oleh PT Harita Guna Dharma Bhakti (Harita Group). Sementara Harita Group dikendalikan oleh anggota keluarga dari pemilik manfaat terakhir (ultimate beneficial owner) Feng Yi Pte Ltd, pemegang saham utama Lygend.

Feng Yi adalah perseroan terbatas yang didirikan di Singapura pada 14 Juni 2021 dan merupakan perusahaan induk investasi. Feng Yi adalah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Oakswood Group Ltd., sebuah perusahaan induk investasi yang hanya dimiliki oleh Ms. Lim Shu Hua, Chery.

error: Content is protected !!