Kapitalisasi Bursa Susut Rp 107 Triliun, Imbas SVB Bangkrut?

Kapitalisasi Bursa Susut Rp 107 Triliun, Imbas SVB Bangkrut?

korannews.com – Aksi jual saham oleh investor asing dalam sepekan yakni 13 Maret 2023-17 Maret 2023, mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 1,29 persen menjadi 6.678,23 dari 6.765,3 pada pekan lalu.

Tercatat aksi jual dalam sepekan ini mencapai Rp 2,7 triliun di pasar regional. Hal ini mendorong nilai kapitalisasi pasar (market cap) bursa susut Rp 107 triliun atau 1,14 persen menjadi Rp 9.281,2 triliun dari pekan sebelumnya Rp 9.388,2 triliun.

Mantan Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Hasan Fawzi mengatakan keluarnya investor asing tidak lepas dari sentimen Silicon Valey Bank (SVB) bangkrut hingga masalah Credit Suisse.

Namun, dia yakin hal ini hanya bersifat sementara saja, karena kurangnya informasi yang dicerna oleh para investor. Dia yakin seiring berjalannya waktu dan pemahaman investor yang mulai membaik, dana asing yang keluar dari pasar modal akan kembali.

“Ini semacam gangguan, karena banyak bank ternyata punya supply chain yang berpengaruh ke SVB, dan ini juga diikuti oleh Credit Suisse yang juga memiliki banyak link dalam investasi asing. Kalau mereka memiliki isu likuiditas, maka sementara waktu mereka butuh dana, dan dana itu harus kembali ke negaranya sementara waktu,” kata Hasan saat ditemui di Nusa Dua Bali, Jumat (17/3/2023).

Menurut Hasan, sektor perbankan merupakan sektor yang paling diminati bagi investor asing, sehingga sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang mencatat adanya capital outflow paling tinggi.

Bank Central Asia (BBCA) mencatatkan aksi net sel asing di seluruh pasar mencapai Rp 794,05 miliar, sementara di regional market Rp 795,9 miliar. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatat aksi jual asing sepekan Rp 553,8 miliar di seluruh pasar, Bank Negara Indonesia (BBNI) mencatat net sel asing secara keseluruhan mencapai Rp 1,7 miliar, dan Bank Mandiri (BMRI) sebesar Rp 730,6 miliar di pasar regional.


“Investor asing memilih keluar dulu sementara waktu untuk mengantisipasi risiko yang kedepannya mereka belum tau. Mereka memilih eksit sementara waktu dari market kita, ini membuat tekanan di banyak saham yang porsi kepemilikan asingnya lebih besar, dari dulu memang demografinya asing meminati sektor keuangan kita,” kata Hasan.

“Tapi mudah-mudahan ini tidak sampai kondisi ekstrim. Karena telah dilakukan upaya penyelamatannya. Memang, ketika terjadi uncertainty, reaksi pertama adalah negatif dan kepanikan, kita harapkan ini tidak permanen dan akan membaik seiring mulai simetrisnya informasi ke pasar,” lanjut dia.

Di sisi lain, ia yakin Bursa Efek Indonesia (BEI) selalu memberikan keterbukaan informasi kepada publik, sebagai bentuk perlindungan kepada investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Pun demikian, bank sentral di negara yang bersangkutan telah mengintervensi untuk upaya penyelamanan melalui bantuan likuiditas.

Dia juga menyebut, meskipun dibayangi sentimen global, perusahan di sektor perbankan, utamanya BUMN di Indonesia saat ini mencatatkan laba bersih yang fantastis, dengan dividen-dividen jumbo yang akan dibagikan. Hal ini dinilai menjadi salah satu bukti bahwa fundamental sektor keuangan Tanah Air cukup kuat.

“Bahkan mementumnya, di tengah tekanan sahamnya, hasil RUPS termasuk laporan keuangannya menyenangkan. Secara fundamental perusahaan cukup kuat, bahkan ada dividen jumbo. Ini jadi kesempatan, bagi investor domestik player mendapatkan diskon untuk masuk ke pasar modal juga,” kata Hasan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Exit mobile version