Ia bersyukur bekerja di lingkungan Tambang Emas Martabe yang mengusung keberagaman gender. Sebab, lingkungan bekerja seperti itu tidak hanya membuka ruang partisipasi perempuan, melainkan juga mendorong perempuan untuk berani menggali potensi diri dan mengaktualisasikan dirinya sebagai perempuan berdaya.
“Keberagaman gender di PTAR tidak hanya bicara mengenai kuantitas perempuan, tetapi lebih menonjolkan kualitas dan kemampuan dalam memimpin, bekerja sama, berkarya, dan berpendapat. Banyak perempuan di PTAR menempati posisi penting dan berkontribusi positif terhadap perusahaan tanpa mengenyampingkan kaum laki-laki,” ujar Latipa.
Komitmen keberagaman gender juga ditunjukkan PTAR dengan menyokong W20 Summit yang mengangkat sejumlah isu proritas, yaitu kesetaraan gender, inklusi ekonomi perempuan, peningkatan ketahanan perempuan pedesaan dan perempuan penyandang disabilitas, serta akses terhadap fasilitas kesehatan yang adil secara gender.
Di perhelatan pada 18-21 Juli 2022 itu, PTAR memberikan kontribusi dalam penyelenggaraan acara, juga turut mendirikan stan untuk menampilkan profil perusahaan serta kebijakan keberagaman gender dan program pemberdayaan perempuan di dalam dan sekitar wilayah operasi tambang.
PTAR juga membuka ruang bagi perempuan di sekitar areal tambang untuk menjadi perempuan berdaya. Hal ini terlihat dari dukungan PTAR melahirkan sejumlah program pemberdayaan usaha berbasis perempuan, seperti pengembangan usaha minimarket Sahata Commissary dan pengembangan usaha budidaya tanaman akar rimpang bersama dua Kelompok Wanita Tani.
Selain itu, PTAR membesut program pengembangan usaha batik dan produk turunan dengan KUB Batik Tapsel dan KUB Bator Craft serta program peningkatan kapasitas dan keterampilan menjahit bagi perempuan di Desa Batuhula dan Kelurahan Hutaraja.
Senior Manager Community Relations PTAR, Christine Pepah, mengatakan hingga saat ini sebanyak 108 perempuan dari 8 kelompok usaha sudah mendapat pendampingan dari PTAR. Mereka tersebar di dua kecamatan di Tapanuli Selatan.
“PTAR berkomitmen memberikan kesempatan dan peran yang sama kepada kelompok perempuan untuk berusaha dan menjalankan kegiatan kelompoknya secara mandiri, serta meningkatkan kapasitas diri dan kelompoknya melalui berbagai program, pelatihan, dan pendampingan. Dengan begitu, mereka dapat menjadi mampu dan berdaya menjalankan usahanya secara berkelanjutan,” ucap Christine.
Ia mencontohkan program pengembangan usaha minimarket Sahata Commissary di dalam Camp PTAR yang sudah berjalan sejak 2012. Program yang diinisiasi PTAR tersebut berhasil memberdayakan Ikatan Perwiridan Yasin (IPY) Nurul Huda, Kecamatan Batangtoru, yang memiliki sekitar 1.000 anggota.
PTAR membantu menyediakan sarana dan fasilitas minimarket, meningkatkan kapasitas karyawan minimarket, memperluas jaringan kerja sama dengan distributor utama, dan membentuk Koperasi Sahata Satahi Saoloan sebagai wadah yang menaungi kegiatan usaha IPY Nurul Huda.
Program ini membuahkan hasil. Pendapatan dari Sahata Commissary bisa digunakan untuk membiayai operasional IPY Nurul Huda dan beberapa usaha rumah tangga turut diberdayakan sebagai pemasok. Koperasi Sahata Satahi Saoloan pun berhasil membuka toko sembako sederhana untuk memenuhi kebutuhan anggota koperasinya.
“Program pengembangan ekonomi yang dijalankan PTAR melalui pemberdayaan kelompok perempuan sedikit banyak membantu mereka dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Program ini juga membuka peluang bagi perempuan untuk berkarya dan membuka ruang untuk berpikir, bertindak, dan bersosialisasi,” ujar Christine.
Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.