Transformasi digital pada sektor manufaktur memainkan peran penting di era Revolusi Industri 4.0. Hal tersebut dimungkinkan karena melakukan transformasi teknologi akan membuat pelaku industri lebih produktif dan efisien. Bahkan, pengembangan bisnis pun akan menjadi lebih efektif dan optimal.
Garudafood, Teknologi Mempercepat Performance Analysis dan Decision Making
PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (Garudafood), misalnya, telah lama melakukan transformasi teknologi sebagai bagian dari strategi pengembangan dan inovasi, baik dalam hal produk maupun proses, dalam meningkatkan kemampuan perusahaan dan business performance. “Berkat upaya itu, kesempatan kami menjadi lebih luas dalam hal penerapan inovasi proses bisnis,” ujar Basuki Nur Rohman, Direktur Manufacturing PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Sehingga, tambahnya, implementasi dalam hal proses horizontal & vertical integration, terutama dalam end-to-end business process, baik di dalam maupun di luar manufaktur, menjadi lebih baik.
Diakui Basuki, transformasi teknologi Garudafood sudah lama dimulai, 3-4 tahun lalu. Mulanya, transformasi teknologi di bidang sales & marketing; kemudian menuju Supply Chain Management (SCM), dan selanjutnya transformasi di Procurement. “Sejak Presiden Jokowi mencanangkan Industry 4.0 tahun 2018, kami mulai menyusun strategi dari sisi manufaktur,” katanya.
Sebagai salah satu pemain besar papan atas industri makanan dan minuman di Indonesia, Garudafood beruntung turut diajak pemerintah terlibat dalam focus group discussion yang diprakarsai Kementerian Perindustrian. Dengan demikian, Garudafood bisa memahami rancangan awal dan objektif yang diharapkan pemerintah.
Hingga kemudian, pada Mei 2019 terbit audit INDI 4.0 dengan hasil: Garudafood masuk kategori siap untuk implementasi transformasi digital di manufaktur. “Kami intensif membentuk penyusunan roadmap dan melakukan implementasinya hingga assessment di Agustus 2020 dan dinyatakan berhak menerima penghargaan INDI 4.0 pada November 2020,” kata Basuki.
Disampaikan lulusan Teknik Mesin ITB yang lama berkarya di Unilever itu, pada dasarnya Garudafood selalu berupaya melakukan transformasi digital di setiap kesempatan yang ada. Garudafood mempertimbangkan kecocokan antara teknologi dan kebutuhan, baik proses bisnis SCM, procurement, sales & marketing, maupun manufaktur.
Dengan demikian, tidak ada implementasi teknologi yang menjadi prioritas atau yang belakangan. Semua sama pentingnya. Di Sales & Marketing, misalnya, Garudafood telah menggunakan tools untuk melihat sales activity bahkan sebelum dicanangkan pemerintah. Mengapa demikian? Karena, perusahaan menganggap tools tersebut paling siap dijalankan.
Seperti diketahui, dalam Business Industry 4.0, tidak hanya dari connectivity, tapi dari Big Data analysis. “Kami juga menerapkan performance dashboard, kemudian data processing, raw data diolah dan diproses menjadi sesuatu yang mudah dibaca untuk membantu proses operasi di Garudafood,” kata Basuki yang kini memiliki 17 region, 128 depo, serta lebih dari 160 subdistributor dan agen.
Sejauh ini, tools yang sudah dikembangkan di Garudafood antara lain (1) Connectivity; yaitu bagaimana membuat linkage antara data operation dan data management; (2) Data processing, informa-informa dari operation; (3) Automation technology, IOT, selected automation technology yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Garudafood sebagai produsen makanan dan minuman; (4) Operation control untuk critical process yang memerlukan compliance 100%; dan (5) Gery X-Quest, yaitu pabrik digital yang berlokasi di Gresik. Ini merupakan inovasi kunjungan pabrik digital pertama di Indonesia.
Diakui peraih MBA dari Chester University, Inggris, itu, tidak semua tools berjalan mulus. Tantangan dan kendala pasti ada. Seperti tantangan implementasi 4.0 di tingkat operator yang tidak terbiasa menggunakan teknologi (touch screen) sehingga sering terkendala dalam hal pengoperasion dari sistem mesin dan pemahaman flow of process.
Apa pun itu, menurut Basuki, tekhnologi Industri 4.0 dan turunannya (Digital, IOT, Connectivity, Big Data) adalah teknologi yang secara terus-menerus akan berkembang. Kebutuhan bisnis Garudafood (pengembangan yang selalu harus memberikan solusi terbaik dan nilai tambah untuk customer dan konsumen) juga akan terus bertambah, sehingga pihaknya harus terus melakukan perbaikan ke depan.
Yang penting, penerapan transformasi teknologi telah memberikan dampak positif bagi perusahaan. Dengan dibantunya implementasi dari teknologi Industri 4.0, Garudafood dapat mempercepat performance analysis dan decision making sehingga end-to-end operation semakin agile and competitive.
Sebagai contoh, dengan melakukan demand, supply, and inventory analysis secara cepat, Garudafood bisa melakukan manuver di dalam proses bisnis untuk meningkatkan service level terhadap customer & consumer, sekaligus menurunkan level inventory.
Selain itu, berkat teknologi Industri 4.0, Garudafood sudah bisa mengontrol kebutuhan energi dan potensi pengembangan produk yang secara biaya akan jauh lebih kompetitif dibandingkan proses manual. Contoh konkretnya, Garudafood memiliki drying & baking process yang di dalam satu prosesnya mengontrol efisiensi energi dengan menggunakan teknologi 4.0.
Ke depan, Basuki memperkirakan, implementasi Industri 4.0 bukan merupakan suatu pilihan, tetapi menjadi suatu kebutuhan. “Kami sudah membuktikan, dengan adanya digitalisasi itu, sudah unlimited data yang dapat kami proses dengan waktu yang sangat cepat. Berbeda dibandingkan dengan kita membuat proses analog, hal tersebut tidak akan kompetitif,” ungkapnya.
Karena itu, Garudafood berkomitmen selalu mengembangkan teknologi dalam rangka meningkatkan proses efisiensi pengembangan produk yang memenuhi keinginan konsumen. Juga, meningkatkan kualitas produk untuk bisa berkompetisi di pasar. (*)
Dyah Hasto Palupi dan Herning Banirestu
www.swa.co.id
Transformasi digital pada sektor manufaktur memainkan peran penting di era Revolusi Industri 4.0. Hal tersebut dimungkinkan karena melakukan transformasi teknologi akan membuat pelaku industri lebih produktif dan efisien. Bahkan, pengembangan bisnis pun akan menjadi lebih efektif dan optimal.
PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (Garudafood), misalnya, telah lama melakukan transformasi teknologi sebagai bagian dari strategi pengembangan dan inovasi, baik dalam hal produk maupun proses, dalam meningkatkan kemampuan perusahaan dan business performance. “Berkat upaya itu, kesempatan kami menjadi lebih luas dalam hal penerapan inovasi proses bisnis,” ujar Basuki Nur Rohman, Direktur Manufacturing PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Sehingga, tambahnya, implementasi dalam hal proses horizontal & vertical integration, terutama dalam end-to-end business process, baik di dalam maupun di luar manufaktur, menjadi lebih baik.
Diakui Basuki, transformasi teknologi Garudafood sudah lama dimulai, 3-4 tahun lalu. Mulanya, transformasi teknologi di bidang sales & marketing; kemudian menuju Supply Chain Management (SCM), dan selanjutnya transformasi di Procurement. “Sejak Presiden Jokowi mencanangkan Industry 4.0 tahun 2018, kami mulai menyusun strategi dari sisi manufaktur,” katanya.
Sebagai salah satu pemain besar papan atas industri makanan dan minuman di Indonesia, Garudafood beruntung turut diajak pemerintah terlibat dalam focus group discussion yang diprakarsai Kementerian Perindustrian. Dengan demikian, Garudafood bisa memahami rancangan awal dan objektif yang diharapkan pemerintah.
Hingga kemudian, pada Mei 2019 terbit audit INDI 4.0 dengan hasil: Garudafood masuk kategori siap untuk implementasi transformasi digital di manufaktur. “Kami intensif membentuk penyusunan roadmap dan melakukan implementasinya hingga assessment di Agustus 2020 dan dinyatakan berhak menerima penghargaan INDI 4.0 pada November 2020,” kata Basuki.
Disampaikan lulusan Teknik Mesin ITB yang lama berkarya di Unilever itu, pada dasarnya Garudafood selalu berupaya melakukan transformasi digital di setiap kesempatan yang ada. Garudafood mempertimbangkan kecocokan antara teknologi dan kebutuhan, baik proses bisnis SCM, procurement, sales & marketing, maupun manufaktur.
Dengan demikian, tidak ada implementasi teknologi yang menjadi prioritas atau yang belakangan. Semua sama pentingnya. Di Sales & Marketing, misalnya, Garudafood telah menggunakan tools untuk melihat sales activity bahkan sebelum dicanangkan pemerintah. Mengapa demikian? Karena, perusahaan menganggap tools tersebut paling siap dijalankan.
Seperti diketahui, dalam Business Industry 4.0, tidak hanya dari connectivity, tapi dari Big Data analysis. “Kami juga menerapkan performance dashboard, kemudian data processing, raw data diolah dan diproses menjadi sesuatu yang mudah dibaca untuk membantu proses operasi di Garudafood,” kata Basuki yang kini memiliki 17 region, 128 depo, serta lebih dari 160 subdistributor dan agen.
Sejauh ini, tools yang sudah dikembangkan di Garudafood antara lain (1) Connectivity; yaitu bagaimana membuat linkage antara data operation dan data management; (2) Data processing, informa-informa dari operation; (3) Automation technology, IOT, selected automation technology yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Garudafood sebagai produsen makanan dan minuman; (4) Operation control untuk critical process yang memerlukan compliance 100%; dan (5) Gery X-Quest, yaitu pabrik digital yang berlokasi di Gresik. Ini merupakan inovasi kunjungan pabrik digital pertama di Indonesia.
Diakui peraih MBA dari Chester University, Inggris, itu, tidak semua tools berjalan mulus. Tantangan dan kendala pasti ada. Seperti tantangan implementasi 4.0 di tingkat operator yang tidak terbiasa menggunakan teknologi (touch screen) sehingga sering terkendala dalam hal pengoperasion dari sistem mesin dan pemahaman flow of process.
Apa pun itu, menurut Basuki, tekhnologi Industri 4.0 dan turunannya (Digital, IOT, Connectivity, Big Data) adalah teknologi yang secara terus-menerus akan berkembang. Kebutuhan bisnis Garudafood (pengembangan yang selalu harus memberikan solusi terbaik dan nilai tambah untuk customer dan konsumen) juga akan terus bertambah, sehingga pihaknya harus terus melakukan perbaikan ke depan.
Yang penting, penerapan transformasi teknologi telah memberikan dampak positif bagi perusahaan. Dengan dibantunya implementasi dari teknologi Industri 4.0, Garudafood dapat mempercepat performance analysis dan decision making sehingga end-to-end operation semakin agile and competitive.
Sebagai contoh, dengan melakukan demand, supply, and inventory analysis secara cepat, Garudafood bisa melakukan manuver di dalam proses bisnis untuk meningkatkan service level terhadap customer & consumer, sekaligus menurunkan level inventory.
Selain itu, berkat teknologi Industri 4.0, Garudafood sudah bisa mengontrol kebutuhan energi dan potensi pengembangan produk yang secara biaya akan jauh lebih kompetitif dibandingkan proses manual. Contoh konkretnya, Garudafood memiliki drying & baking process yang di dalam satu prosesnya mengontrol efisiensi energi dengan menggunakan teknologi 4.0.
Ke depan, Basuki memperkirakan, implementasi Industri 4.0 bukan merupakan suatu pilihan, tetapi menjadi suatu kebutuhan. “Kami sudah membuktikan, dengan adanya digitalisasi itu, sudah unlimited data yang dapat kami proses dengan waktu yang sangat cepat. Berbeda dibandingkan dengan kita membuat proses analog, hal tersebut tidak akan kompetitif,” ungkapnya.
Karena itu, Garudafood berkomitmen selalu mengembangkan teknologi dalam rangka meningkatkan proses efisiensi pengembangan produk yang memenuhi keinginan konsumen. Juga, meningkatkan kualitas produk untuk bisa berkompetisi di pasar. (*)
Dyah Hasto Palupi dan Herning Banirestu
www.swa.co.id