korannews.com – Badan Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) berharap Indonesia sebagai ketua G20 tahun ini mengajak negara-negara anggota G20 untuk berkolaborasi mengatasi masalah kerawanan pangan dan kelaparan yang terus meningkat di dunia.
“Fokusnya harus mendukung negara-negara yang berisiko kelaparan dan kekurangan gizi,” kata Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Dalam peringatan Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober, FAO menyerukan kepada semua orang untuk mengambil tindakan dan menumbuhkan solidaritas global untuk melakukan transformasi pada sistem pertanian-pangan, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, mengatasi ketidaksetaraan, meningkatkan ketangguhan, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Data FAO menyebutkan, saat ini 3,1 miliar orang di seluruh dunia masih tidak mampu membeli makanan yang sehat. Kelaparan terus meningkat dan berdampak pada 828 juta orang pada tahun 2021. Hanya dalam dua tahun, jumlah orang yang rawan pangan telah meningkat dari 135 juta (2019) menjadi 193 juta (2021),
Oleh karena itu FAO menyebut lebih banyak biaya diperlukan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.
Rajendra Aryal menyebut negara-negara anggota G20 harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga pembiayaan internasional untuk meningkatkan likuiditas dan ruang fiskal untuk memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat termiskin.
“Kita membutuhkan lebih banyak koordinasi antara dukungan darurat dan bantuan pembangunan, dan inisiatif untuk mempromosikan perdamaian di daerah yang terkena dampak konflik. Semua orang perlu bekerja sama untuk mendukung negara-negara yang terkena dampak krisis pangan untuk meningkatkan produksi pangan lokal dan memperkuat ketahanan populasi yang paling rentan,” kata dia.
Menurut Aryal, Indonesia sebagai ketua G20 tahun ini berkesempatan mengajak negara-negara anggota G20 lainnya untuk menguatkan solidaritas dengan negara-negara yang lebih rentan.
FAO menyebut bahwa dibutuhkan transformasi pertanian pangan global dimulai dari petani kecil dan nelayan.
Dia mendorong untuk mengubah sistem pertanian-pangan menjadi lebih efisien, lebih inklusif, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan untuk produksi yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik untuk semua.
Selain itu juga sangat penting untuk memastikan dukungan mata pencaharian masyarakat yang efektif, terkoordinasi dengan baik dan tepat waktu serta memperhitungkan musim tanam dan musim produksi ternak yang kritis.
“Kita harus selalu ingat bahwa setidaknya dua dari setiap tiga orang yang mengalami kelaparan ekstrem adalah produsen makanan skala kecil dari daerah pedesaan, yang membutuhkan dukungan kita untuk membantu mewujudkan transformasi sistem pertanian-pangan,” katanya.