Ekonomi Melaju Tanpa Hambatan di Jalan Bebas Hambatan

Ekonomi Melaju Tanpa Hambatan di Jalan Bebas Hambatan

Ekonomi Melaju Tanpa Hambatan di Jalan Bebas Hambatan

korannews.com – Sejarah tol di Indonesia tak bisa dilepaskan dari keberadaan Tol Jagorawi. Tol sepanjang 59 km itu merupakan tol pertama di Indonesia dan menjadi cikal bakal industri tol di Tanah Air.

Tol Jagorawi yang namanya diambil dari akronim Jakarta-Bogor-Ciawi dibangun oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk pada tahun 1975. Tol itu kemudian rampung dan dioperasikan pada tahun 1978.

Sejak beroperasi, tol ini memiliki peran penting untuk memperlancar konektivitas pada wilayah yang terhubung. Tak cuma itu, keberadaan Jagorawi berperan penting dalam memunculkan pusat-pusat ekonomi baru di sekitar tol.

Sebut saja, Depok, Cikeas, Bogor hingga Sentul kini menjadi daerah yang hidup dan maju. Secara kasat mata, kondisi itu terlihat dari berkembangnya kawasan pemukiman di wilayah-wilayah tersebut.

Kesuksesan dan semangat memunculkan pusat-pusat ekonomi ini pun terus digaungkan pemerintah. Sejak menjadi presiden pada 2014 silam, Joko Widodo (Jokowi) meletakkan pembangunan infrastruktur dan konektivitas sebagai prioritas.

Salah satu yang dikebut pembangunannya adalah Tol Trans Jawa yang menghubungkan wilayah Jawa bagian barat hingga bagian timur. Pada penghujung 2018 lalu, Jakarta hingga Surabaya resmi terhubung tol.

Kala itu, Jokowi menyampaikan, dengan terhubungnya Jakarta-Surabaya dengan tol diharapkan dapat memberikan dampak yang baik bagi perekonomian.

“Kita harapkan dampak dari selesainya Jakarta-Surabaya, Merak-Grati betul-betul memiliki dampak ekonomi yang baik terhadap kita semua,” kata Jokowi saat itu.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid menjelaskan, semakin baik infrastruktur sebuah negara seperti tol akan menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Menurutnya, hal itu dapat mendorong perputaran roda ekonomi yang lebih merata ke berbagai daerah.

Dari sisi dunia usaha, efisiensi waktu tempuh perjalanan melalui tol dapat menurunkan biaya logistik. Pengusaha pun dapat menekan biaya kontrak dengan perusahaan ekspedisi.

“Misalnya, dengan jalur Tol Trans Jawa, sopir truk dari Jakarta hingga Semarang mengaku hemat bahan bakar minyak (BBM) sampai 200 liter, dibandingkan dengan jalur biasa,” katanya kepada detikcom.

Dia juga juga mengatakan, kemudahan akses distribusi logistik via Tol Trans Jawa menjadi pertimbangan investor untuk berinvestasi dan mengembangkan usaha di sejumlah kawasan industri. Apalagi, kini berkembang sejumlah kawasan industri yang lokasinya dekat dengan tol.

“Jawa Tengah saat ini mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batang dan Kendal Industrial Park (KIP). Sementara Jawa Timur mengembangkan KEK Gresik dan Banten mengembangkan Kawasan Industri Balaraja. Jawa Barat bahkan tidak hanya mengembangkan kawasan industri, tetapi juga Bandara Internasional Kertajati,” paparnya.

Tak cuma itu, adanya tol ini juga memacu sentra-sentra ekonomi baru, misalnya pom bensin, rumah makan, dan permukiman. Lalu, rest area untuk dijadikan sebagai tempat penjualan produk UMKM, sehingga dampaknya akan dirasakan oleh pelaku UMKM lokal khususnya di bidang kuliner.

“Seluruh dampak ini tidak hanya dirasakan oleh pelaku ekonomi lain, tapi juga meningkatkan pemasukan PAD (pendapatan asli daerah) bagi pemerintah daerah,” terangnya.

Kepada detikcom, Pengamat Transportasi Darmaningtyas mengatakan, hadirnya Tol Trans Jawa mengubah pola pergerakan dari timur Jakarta ke Jakarta. Ia mencontohkan, bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang dulunya jalan malam hari, sekarang lebih banyak berangkat pagi dan sore. Hal ini membuat mobilitas masyarakat meningkat.

“Dari sudut pandang ini betul bahwa jalan tol mendorong pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Semangat mendorong konektivitas dan memacu perekonomian memang telah melekat kuat dalam sejarah panjang beroperasinya perusahaan jalan tol pelat merah ini. Terbukti, sejak mengoperasikan Tol Jagorawi pada 1978 silam, Jasa Marga terus memacu pembangunan tol hingga kini.

Tercatat, hingga tahun 2022 telah memiliki panjang konsesi tol yang mencapai 1.906 km. Sementara, tol yang dioperasikan mencapai 1.260 km atau mengelola 50% tol yang beroperasi di seluruh Indonesia.

Pembangunan tol tidak hanya dipusatkan di Jawa, namun juga di luar Jawa. Di Jawa, Jasa Marga mengoperasikan sejumlah tol di antaranya Tol Jakarta-Tangerang, Tol Prof Dr Ir Soedijatmo, Tol Cengkareng-Batuceper-Kunciran, Tol Batang-Semarang, Tol Semarang ABC, Tol Semarang-Solo hingga Tol Pandaan-Malang.

Di Sumatera, Jasa Marga mengoperasikan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera) dan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Lalu di Bali, ada Tol Bali Mandara.

Tak cuma itu, Jasa Marga juga mengoperasikan Tol Balikpapan-Samarinda di Kalimantan dan Tol Manado-Bitung di Sulawesi.

Pembangunan tol pun terus dilanjutkan Jasa Marga dan beberapa di antaranya telah masuk ke tahap konstruksi. Berdasarkan data Jasa Marga, Tol Jakarta-Cikampek II Selatan Seksi III Taman Mekar-Sadang konstruksinya telah mencapai 55,18%. Seksi ini memiliki panjang 27,85 km.

Berikutnya, Tol Cinere-Serpong Seksi II Pamulang-Cinere konstruksinya mencapai 87,74%. Seksi tersebut memiliki panjang 3,64 km.

Pembangunan infrastruktur yang terus digenjot tidak hanya sebatas fisik berupa tol namun juga non fisik yang mencakup pengembangan sistem pembayaran hingga digitalisasi untuk meningkatkan pelayanan.

Di sistem pembayaran, transformasi telah dilakukan dengan mengubah sistem pembayaran tunai menjadi uang elektronik. Transformasi ini memberikan segudang manfaat, tidak hanya pada pengguna namun juga pengelola tol.

Bagi pengguna tol, perubahan sistem pembayaran ini memberikan manfaat besar karena membutuhkan waktu singkat saat bertransaksi. Pengguna juga tidak perlu repot lagi menghitung uang kembalian usai bertransaksi. Efeknya, tidak ada antrean panjang di gerbang tol alias macet.

Metode pembayaran ini pun terbilang sangat praktis. Sebab, uang elektronik yang diterbitkan oleh berbagai macam penerbit bisa terbaca oleh alat pembaca (reader) di gerbang tol.

Di sisi pengelola tol, penggunaan uang elektronik membuat pendapatan yang masuk tercatat dengan sangat akurat. Sebab, pembayaran tidak dilakukan secara tunai di mana ada risiko uang hilang atau rusak.

Sistem pembayaran pun terus dikembangkan. Terbaru, akan dikembangkan sistem bayar tol tanpa setop atau multi lane free flow (MLFF). Sistem transaksi ini menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) dan memungkinkan pengguna tol melakukan transaksi melalui aplikasi khusus di smartphone. Dengan sistem ini, maka transaksi di gerbang tol sudah tak ada lagi dan pengguna bisa langsung melintas.

Tol Bali Mandara yang dikelola Jasa Marga akan menjadi pelopor sistem pembayaran teranyar ini. Rencananya, uji coba akan dilakukan pada Maret 2023 ini.

“Mau dimulai di Bali, Tol Mandara Bali kita tes, Maret kalau tidak salah,” kata Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hedy Rahadian di Kompleks DPR/MPR pada 17 Januari 2023 lalu.

Tak hanya itu, digitalisasi juga dilakukan pengelola tol untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna jalan. Lewat digitalisasi ini, pengguna jalan bisa mendapatkan beragam manfaat hanya lewat genggaman di smartphone.

Sejak Mei 2019 lalu, Jasa Marga telah menghadirkan aplikasi Travoy. Aplikasi ini telah terus dikembangkan dan kini memiliki beragam fitur.

Fitur-fitur ini menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh pengguna jalan. Beragam fitur itu antara lain, Tarif Tol yang menyediakan informasi tarif tol sesuai dengan golongan kendaraan. Rest Area yakni fitur yang menyediakan informasi mengenai rest area mencakup lokasi, fasilitas hingga kapasitas parkir. Lalu, Derek Online yang merupakan fitur yang menyediakan jasa kendaraan derek di tol secara praktis dan real time.

Ada juga Panic Shake yang merupakan fitur memanggil bantuan ketika pengguna tol dalam kondisi bahaya. Serta, Maps & CCTV yakni fitur untuk memantau keadaan tol melalui aplikasi secara real time.

Di usianya yang ke-45 tahun, Jasa Marga terus memacu kinerja dan inovasi. Pada tahun 2022, Jasa Marga mencatat kinerja yang moncer dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 2,75 triliun. Laba ini meningkat pesat yakni tumbuh sebesar 70,1% dibanding tahun sebelumnya.

Pendapatan usaha perusahaan tercatat sebesar Rp 13,8 triliun atau tumbuh 17,0% dibanding tahun sebelumnya. Pendapatan usaha ini ditopang oleh pendapat tol sebesar Rp 12,4 triliun atau naik 15,4% dan pendapatan usaha lain sebesar Rp 1,4 triliun atau naik 35,2%.

Sepanjang 2022, Jasa Marga melanjutkan program asset recycling sebagai strategi perusahaan untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan bisnis perusahaan. Beberapa di antaranya ialah dengan spin off divisi regional Jasa Marga Transjawa Tollroad ke anak usaha PT Jasamarga Transjawa Toll dan penandatanganan sales purchase agreement antara perusahaan dengan PT Margautama Nusantara untuk PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek yang merupakan anak usaha PT Jasamarga Transjawa Tol yang mengelola Jalan Layang MBZ.

Jasa Marga juga melakukan pengembangan inovasi berbasis teknologi untuk terus meningkatkan pelayanan. Sejumlah inovasi yang dikembangkan di tahun 2022 antara lain integrasi speed camera dan weigh in motion (WIM) dengan sistem electronic traffic law enforcement (ETLE) Korlantas Polri di sejumlah ruas tol Jasa Marga, implementasi Jasamarga Integrated Digitalmap pada Jasa Marga Tollroad Command Center hingga pengembangan fitur baru Travoy yakni Event Lalu Lintas yang dilengkapi dengan push notification.

Di usianya ke-45 tahun, Jasa Marga telah menambah panjang konsesi dari tahun ke tahun. Sejalan dengan itu, Jasa Marga juga menambah panjang tol yang beroperasi.

Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur mengatakan, untuk mempertahankan kinerja, Jasa Marga harus mampu terus beradaptasi dalam membangun konektivitas. Hal itu untuk mewujudkan tol yang unggul dan berkualitas.

“Untuk menghadapi tantangan yang semakin banyak, tentunya kita perlu melakukan berbagai macam inovasi dan kolaborasi demi meningkatkan potensi bisnis perusahaan yang berkelanjutan. Kita juga harus konsisten dalam melayani pengguna jalan tol untuk mewujudkan perjalanan yang aman dan nyaman, serta terus berpegang teguh pada prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan benar, berdasarkan core value AKHLAK,” jelas Subakti.

Exit mobile version