korannews.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (14/10/2022), setelah sempat bergerak mendatar pada pagi hari ini.
Investor kompak melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN acuan.
Melansir data dari Refinitiv, yield sebagian besar SBN acuan melonjak hingga sekitar 20 basis poin, kecuali SBN tenor 30 tahun yang hanya naik 0,7 basis poin (bp) ke posisi 7,346% pada perdagangan hari ini.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara melonjak 19,3 bp menjadi 7,546%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pada pagi hari ini, pergerakan SBN sempat stagnan. Namun hal tersebut tak berlangsung lama dan pada akhirnya investor melepas SBN hari ini.
Namun di Amerika Serikat (AS), pergerakan yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung terbalik dengan pergerakan SBN, di mana pada hari ini cenderung melandai, setelah dirilisnya data inflasi AS periode September 2022.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun turun 3,3 bp menjadi 4,416%, dari sebelumnya di 4,449%.
Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun juga cenderung menurun 5,9 bp menjadi 3,895% pada pagi hari ini waktu AS.
Data pemerintah AS menunjukkan inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) mencapai 8,2% (yoy) pada September lalu.
Laju inflasi memang lebih rendah dibandingkan pada Agustus lalu yang tercatat 8,3% (yoy), tetapi masih di atas ekspektasi pasar yakni 8,1% (yoy).
Secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK tercatat 0,4% pada September atau meningkat dibandingkan pada Agustus yang tercatat 0,1%. IHK inti menyentuh 6,6 % (yoy) pada September, level tertingginya sejak 1982 atau 40 tahun terakhir.
Sebelumnya pada Rabu lalu, data inflasi dari sisi produsen (Indeks Harga Produsen/IHP) periode September 2022 juga telah dirilis, di mana hasilnya naik 0,4% secara bulanan.
Posisi tersebut lebih tinggi dari prediksi analis Dow Jones di 0,2%. Pada basis tahunan, PPI berada di 8,5%, melandai dari bulan sebelumnya di 8,7%.
Secara rinci, tidak termasuk makanan, energi dan jasa perdagangan, indeks meningkat 0,4% untuk bulan ini dan 5,6% dari tahun lalu.
Data inflasi membuat pelaku pasar menghapus harapan mereka jika bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneter dalam waktu dekat.
Namun, pelaku pasar juga mulai meyakini jika inflasi AS sudah mencapai puncaknya dan akan terus melandai ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA