Alumnus IPB University yang lulus Tahun 1987 itu berbagi pengalaman berbisnis hingga kini dapat membuka Sekolah Ekspor. Handito bercerita bakat wirausahanya telah dikembangkan sejak duduk di bangku kuliah hingga kini persiapan pensiun.
Handito masih berupaya mendorong nilai ekspor Indonesia. Pada 11 tahun lalu, ia membangun gerakan wirausahawan nasional ketika menjabat sebagai Tim Koordinasi Nasional Pengembangan Wirausaha di Kementerian Perekonomian RI. Upaya ini dalam rangka menggerakkan animo wirausaha di level perguruan tinggi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Handito berupaya melanjutkan gerakan ini dalam beberapa tahun terakhir melalui Sekolah Ekspor. Sehingga, generasi muda dapat menggebrak pasar global dengan kemajuan teknologi digital dan marketplace.
Gerakan ini juga dipayungi oleh roadmap pengembangan ekspor nasional yang dirumuskan pada 2016 dan telah diajukan kepada pemerintah agar ekspor Indonesia naik hingga 500 persen.
“Rekomendasi nomor satu saya yakni mencetak eksportir baru, anak muda dari kampus, mahasiswa, alumni dari perguruan tinggi. Terutama, calon wisudawan seharusnya sudah tercerahkan agar bisa masuk era perdagangan global, tidak hanya sebagai pembeli,” kata Handito dalam keterangan tertulis, Rabu, 10 Agustus 2022.
Usaha Handito berbuah manis. Pada 2019, dapat meluncurkan ekspor perdana produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Pusat Logistik Berikat e-commerce di Kawasan Industri Marunda.
Hal ini penting menjadi simbol gerakan baru bahwa usaha ekspor juga bisa dilakukan anak muda sebagai pemula. Menurutnya, generasi muda harus berani mendorong pasar dalam negeri sehingga dapat mendunia.
“Justru karena saat ini semua orang sedang pesimis dengan pasar dunia, di sinilah kita harus masuk sebagai eksportir pemula,” tutur dia.
Handito menjelaskan Sekolah Ekspor mampu membuktikan UMKM Indonesia mampu mengekspor produk dalam negeri dan berkontribusi bagi pendapatan negara. Sekolah Ekspor hadir sebagai mitra Kampus Merdeka untuk program studi Independen “Be a Digital Exporter”.
Targetnya dapat mencetak 500.000 eksportir muda baru di 2030. “Anak muda berpotensi besar menjadi eksportir. Sehingga ketika lulus harus memiliki orientasi ekspor dan dapat merajai pasar dunia untuk berbagai komoditas,” ujar dia.
Handito menyebut ekspor merupakan proses kompleks, maka calon eksportir perlu memiliki tiga hal, yaitu pengetahuan, skill, dan attitude. Berbisnis di level internasional harus memiliki etos kerja yang baik.
Penandatanganan memorandum of Understanding (MoU) antara IPB University dengan program One Village One CEO dan Sekolah Ekspor juga menjadi dorongan lulusan IPB University untuk berkarier sebagai eksportir dan mengoptimalkan kemajuan teknologi.
(REN)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.