Bos BRI Buka-Bukaan Soal Indikator Bank RI Tahan Krisis

Bos BRI Buka-Bukaan Soal Indikator Bank RI Tahan Krisis

Bos BRI Buka-Bukaan Soal Indikator Bank RI Tahan Krisis

korannews.com – Ekonomi global saat ini tengah dilanda krisis dan ancaman resesi. Namun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) memproyeksikan probabilitas ancaman resesi Indonesia hanya 2%.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan ini merupakan hasil dari metode Markov Switching Dynamic Model yang telah akurat memprediksi krisis keuangan tahun 1998 dan pada saat pandemi 2020. Ia berharap bahwa Indonesia benar-benar tidak akan mengalami inflasi, sebab ada dua faktor ketahanan ekonomi yang tinggi.

“Satu, masih kuatnya konsumsi domestik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Yang kedua, optimisme pelaku UMKM, yang notabene mayoritas pelaku usaha di Indonesia itu adalah UMKM. Kalau mereka pesimis habis kita. Kalau mereka optimis, ya itu optimisme kita semua,” kata Sunarso saat rapat dengan pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (28/3/2023).

Meskipun begitu, BRI tetap menyiapkan rencana mitigasi dalam 4 kondisi yang kemungkinan terjadi. Terlebih, saat ini perbankan AS dan Eropa tengah dilanda krisis dampak Silicon Valley Bank.

Kondisi pertama, ekonomi pulih, inflasi naik dan kualitas kredit memburuk. Pada kondisi tersebut mitigasi yang BRI lakukan diantaranya mempercepat proses write-offs agar recovery rate yang lebih tinggi, serta mempertahankan coverage ratio yang besar.

“Oleh karenanya BRI menyediakan coverage ratio terhadap NPL yang mencapai 266%,angka tersebut lebih dari cukup. Maka jika terjadi pemburukan situasi, maka BRI aman, dan nasabah juga aman. Kemudian tumbuh secara selektif, dengan pemantauan kualitas pinjaman yang intensif,” kata Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/3/2023).

Adapun pernyataan ini sama dengan paparan Dirut BRI Sunarso di RDP dengan Komisi VI DPR RI.

Kedua, kondisi ekonomi membaik dengan inflasi terkendali dibarengi kualitas kredit membaik. Maka, langkah yang diambil adalah mempercepat proses write-offs supaya mendapat recovery rate yang lebih tinggi. Namun menurunkan coverage ratio, mengurangi bantalan untuk tumbuh. Kemudian melakukan enhance risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk dan kemudian Loan Portofolio Guideline (LPG) yang dikendorkan sehingga kredit dapat dipacu untuk lebih cepat tumbuh,” terang Aestika.

Ketiga, kondisi ekonomi tetap stagnan namun inflasi tetap terkendali dengan kualitas kredit membaik. Strategi yang diambil adalah tumbuh secara selektif dengan melonggarkan sedikit Loan Portofolio Guideline (LPG) menjadi moderat. Hal ini mempertahankan coverage ratio yang tinggi untuk bantalan dan melakukan simulasi stress-test untuk memastikan bisnis BRI aman.

Keempat, apabila yang paling buruk adalah ekonomi tetap stagnan dengan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk.

“Maka strategi kami tumbuh secara terbatas, pengaturan Loan Portofolio Guideline (LPG) yang lebih ketat, mempertahankan coverage ratio yang tinggi.

error: Content is protected !!