korannews.com – PT BNP Paribas Asset Management (PT BNP Paribas AM) mengandalkan produk reksa dana berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance) untuk mengejar pertumbuhan total dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) sebesar 10 persen pada 2023.
“Untuk pengembangan ke depan, kami mendorong pengenalan produk-produk ESG baru kami. Jadi, selain untuk mengedukasi pasar, ini juga strategi untuk pertumbuhan kami,” kata Direktur & Head of Marketing and Product Development PT BNP Paribas AM Maya Kamdani, di Jakarta, Selasa.
Maya mengatakan AUM BNP Paribas AM untuk reksa dana dan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) per April 2023 telah mencapai Rp33,7 triliun. Sebanyak 70 persen di antaranya berasal dari reksa dana dengan nilai sekitar Rp23,5 triliun. AUM reksa dana terdiri dari 55 persen reksa dana saham sebesar Rp12,9 triliun.
Adapun produk reksa dana berbasis ESG yang baru diluncurkan oleh BNP Paribas AM adalah Reksa Dana BNP Paribas Indonesia ESG Equity. Produk tersebut memungkinkan para investor untuk memantau kontribusi investasi mereka terhadap aspek ESG melalui dua indikator, yaitu Skor ESG (ESG Score) dan Jejak Karbon (Carbon Footprint) dari reksa dana.
Reksa Dana BNP Paribas Indonesia ESG Equity merupakan produk reksa dana dengan konsep berkelanjutan yang keempat bagi perusahaan. Produk reksa dana lain yang mengusung konsep ESG adalah Reksa Dana Syariah BNP Paribas Cakra Syariah USD, Reksa Dana Indeks BNP Paribas SRI Kehati, dan Reksa Dana Syariah BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD.
Total Asset Under Management (AUM) dari empat produk reksa dana berbasis ESG tersebut tercatat sebesar Rp5,58 triliun per Maret 2023.
Maya mengakui produk reksa dana berbasis ESG masih akan menghadapi tantangan dalam beberapa waktu ke depan, terutama dari sisi literasi dan edukasi masyarakat soal produk tersebut.
Meski begitu, Maya optimistis reksa dana berbasis ESG memiliki prospek yang cerah. Optimismenya berasal dari sikap pemerintah yang mendorong para emiten untuk bertransisi ke prinsip ESG.
“Tekanan juga berasal dari sisi investor, khususnya investor asing yang sudah mulai bertransisi ke ESG lebih dulu. Jadi, tekanan dari regulator dan investor akan mendorong investasi berbasis ESG ke depannya,” kata Maya pula.