Pada tahun pertama pandemi Covid-19, perekonomian Indonesia mengalami krisis yang tidak hanya berdampak pada pelemahan kinerja ekonomi, tapi juga berdampak pada aspek kesehatan dan sosial, yang pada akhirnya mengubah tatanan hidup masyarakat umum dalam waktu relatif singkat.
Kondisi tersebut memberikan tantangan yang besar bagi semua industri, tidak terkecuali industri pembiayaan. Industri pembiayaan menghadapi tantangan yang cukup signifikan, yaitu peningkatan angka kredit bermasalah secara nasional dan penurunan angka penyaluran pembiayaan yang diakibatkan oleh turunnya daya beli masyarakat, terutama pada konsumsi sekunder dan tersier.
Dampak pandemi Covid-19 sangat dirasakan oleh perusahaan pembiayaan, khususnya pada awal pandemi berlangsung di tahun 2020. BRI Finance turut mengalami dampak dari pandemi Covid-19. Banyak debitur yang mengalami kendala dalam membayar angsuran dan ada penurunan permintaan pembiayaan roda empat akibat menurunnya daya beli masyarakat.
BRI Finance secara sigap dan cepat mengambil langkah preventif dan kuratif untuk menyikapi kondisi ini. Di antaranya, dengan memberlakukan kebijakan restrukturisasi dan peningkatan anggaran cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
“Pada akhirnya, BRI Finance tetap dapat mencetak laba dan mencatatkan kinerja positif di 2020 di saat kondisi industri pembiayaan mengalami penurunan,” kata Azizatun Azhimah, Direktur Utama PT BRI Multifinance Indonesia.
BRI Finance juga berhasil meningkatkan kinerja, baik yang dibuktikan dengan
perbaikan kualitas pembiayaan: rasio kredit bermasalah atau non performing financing (NPF) perusahaan di 2021 sebesar 2,8%, jauh di bawah industri yang tercatat sebesar 3,5%. Sebagai bentuk penerapan prinsip kehati-hatian, perusahaan pun meningkatkan pencadangan CKPN di 2021, yang mencapai 158,7% dibandingkan 2020 sebesar 138,4%.
Apa saja strateginya? Azizatun menjelaskan strategi dari aspek leadership. Menurutnya, kondisi pandemi Covid-19 memberikan banyak sekali tantangan baru bagi pemimpin saat ini untuk melakukan berbagai perubahan signifikan dalam kegiatan operasional ataupun bisnis perusahaan.
Dengan diakuisisinya BRI Finance oleh BRI pada 2016, perusahaan mulai mendiversifikasi portofolio. Semula fokus pada segmen pembiayaan komersial seperti pembiayaan alat berat dan mesin, kini BRI Finance mengubah strategi dengan fokus pada segmen pembiayaan konsumer, seperti kredit kendaraan bermotor dan refinancing.
“Transformasi bisnis inilah yang menjadi amanah bagi saya. Dalam pelaksanaannya, saya menjadikan amanah tersebut sebagai goal dan landasan bagi saya untuk menyusun strategi dan misi, serta membangun budaya perusahaan yang sehat,” kata Azizatun yang lahir di Semarang pada 6 Februari 1976 ini.
Budaya di BRI Finance saat ini sangat beragam karena latar belakang pekerja yang berbeda. Dan, di tengah pandemi Covid-19 ini, BRI Finance masih melakukan rekrutmen secara eksternal, sehingga banyak pekerja yang berasal dari multifinance dan/atau dari bidang industri lainnya yang tentu semakin menambah keanekaragaman budaya di perusahaan.
Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam kondisi saat ini adalah compassionate leadership. Gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pada komitmen, tanggung jawab, saling menghargai, dan adanya welas asih.
Gaya kepemimpinan tersebut sangat sesuai dengan sisi feminin perempuan, seperti humility, kindness, listen to others, dan develops others. Gaya compassionate leadership ini menjadi privilese tersendiri bagi Azizatun. Karena, sebagai satu-satunya perempuan dalam jajaran Direksi BRI Finance, ia mampu menjadi jembatan aspirasi pekerja dengan manajemen untuk membangun keharmonisan tim sehingga memiliki strategi dan misi yang sama.
Bicara strategi dalam aspek kesehatan karyawan, perusahaan memberikan rasa aman dan nyaman bagi pekerja. Hal ini merupakan tanggung jawab perusahaan, terutama pada situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Perusahaan pun telah menyediakan anggaran khusus untuk penanganan Covid-19, dan
anggaran yang telah terealisasi sebesar Rp 1,5 miliar di 2020 dan Rp 1,8 miliar di 2021. Perusahaan berkomitmen bahwa keselamatan lebih utama.
Selanjutnya, strategi dalam aspek bisnis. Menurut Azizatun, sejak 2020, BRI Finance ditunjuk sebagai Single Gateway Autoloan BRI Grup. BRI Finance berkomitmen melakukan penetrasi dan perluasan jangkauan area pemasaran melalui transformasi digital, model bisnis, dan budaya kerja, serta bekerjasama dengan BRI sebagai perusahaan induk untuk menempatkan tenaga pemasar di Unit Kerja BRI.
“Transformasi bisnis yang menjadi amanah bagi saya. Dalam pelaksanaannya, saya menjadikan amanah tersebut sebagai goal dan landasan untuk menyusun strategi, misi, serta membangun budaya perusahaan yang sehat.”
Azizatun Azhimah, Direktur Utama PT BRI Multifinance Indonesia
Dalam hal eksekusi, penerapan strategi perusahaan oleh seluruh pekerja BRI Finance dilakukan secara berjenjang yang dapat dinilai melalui KPI yang terintegrasi dari direksi sampai junior staff. “Kunci keberhasilan penerapan strategi tersebut adalah dengan dilakukannya monitoring, review, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan secara periodik untuk mencapai profitabilitas dan performa yang maksimal dan sustain,” ungkap Azizatun yang pernah menjadi Direktur Compliance BRI.
Mengenai hasil yang dicapai, dalam bidang digitalisasi proses kerja/layanan konsumen, adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat tidak luput dari perhatian manajemen. Perbaikan dan penguatan transformasi digital dalam rangka mendukung pengembangan bisnis perusahaan ke depan terus dilakukan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis serta operasional perusahaan.
Pada 2020, misalnya, BRI Finance mulai mengembangkan aplikasi My BRIF untuk percepatan proses digitalisasi bisnis perusahaan. Selain itu, perusahaan juga mengakselerasi pengembangan bisnis melalui program pengembangan credit scoring dan fast track approval.
Dalam sistem kerja karyawan dan pola pengelolaannya, BRI Finance termasuk dalam kategori sektor esensial. Sehingga, masih dapat melakukan kegiatan operasional perkantoraan ketika PPKM Level 4 diberlakukan di Jakarta, dengan ketentuan pekerja yang melaksanakan work from office (WFO) maksimal 25% dan pekerja yang melaksanakan work from home (WFH) minimal 75%.
Terkait model bisnis, pada 2019 perusahaan mulai mengubah model bisnis dengan fokus pembiayaan pada segmen pembiayaan multiguna, berupa pembiayaan mobil baru, mobil bekas, dan refinancing. Di 2021, perusahaan berhasil mengakselerasi switching portofolio pembiayaan dengan proporsi 59% pembiayaan multiguna dan 41% pembiayaan investasi dan modal kerja, dibandingkan pada 2020 proporsi pembiayaan investasi dan modal kerja masih mendominasi, sebesar 65%, dan pembiayaan multiguna 35%.
Dalam pengembangan pembiayaan multiguna, perusahaan ini bekerjasama dengan mitra agen BRIF di seluruh Indonesia. Mitra agen perusahaan saat ini telah mencapai 1.140 agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, perusahaan saat ini memiliki 27 kantor cabang dan pemasaran serta 165 titik unit kerja BRI (branchless financing) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Perusahaan pun mengubah fokus pembiayaan ke segmen investasi dan modal kerja. Sebelumnya, fokus pada pembiayaan alat berat. Saat ini perusahaan melakukan tranformasi dengan fokus pada pembiayaan untuk jenis alat yang lebih aman, seperti forklift dan truk, selain juga menyalurkan pembiayaan pada debitur existing yang memiliki track record pembiayaan lancar.
Bicara kinerja bisnis, Azizatun mengatakan, penyaluran pembiayaan baru BRI Finance 2021 meningkat 174,5% (YoY). Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan pembiayaan pada kategori mobil baru akibat dampak positif perpanjangan pemberlakuan relaksasi PPNBM oleh pemerintah dan penurunan penyebaran Covid-19 di Indonesia. Dari sisi profitabilitas, kinerja BRI Finance pada 2021 berhasil melampaui target, dengan laba bersih naik 802,9% (YoY).
Mengenai proyeksi 2022, menurut Azizatun, pembiayaan baru perusahaan di 2022 diproyeksikan tumbuh 28% dengan fokus pembiayaan konsumer sebesar 63% pada pembiayaan multiguna melalui pembiayaan mobil baru, mobil bekas, dan refinancing, dengan bantuan agen mitra perusahaan di seluruh Indonesia.
Dari sisi profitabilitas, di 2022, profit perusahaan ditargetkan dapat meningkat 118,2% YoY. Ini seiring dengan peningkatan pembiayaan di sektor multiguna yang memiliki tingkat keuntungan (yield) yang lebih baik dan perbaikan proses bisnis yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi aktivitas perusahaan yang tecermin pada penurunan angka BOPO perusahaan di 2022.
Menghadapi era bisnis baru, perusahaan telah mengantisipasi dengan memperluas pangsa pasar dan mengukuhkan posisinya sebagai Single Gateway Auto Loan BRI Group. Perusahaan menguatkan branding sebagai perusahaan pembiayaan yang fokus pada pembiayaan multiguna terdepan.
Strategi yang dilakukannya antara lain transformasi digital, reengineering proses bisnis, pengembangan konsep branchless financing, transformasi budaya kerja perusahaan, serta penguatan brand awareness perusahaan di BRI Group, BUMN dan swasta nasional, serta masyarakat umum.
Pengembangkan aplikasi digital (My BRIF) terus dilakukan perusahaan sebagai sarana pengajuan pembiayaan ulang dan pemberian referral dari nasabah kepada seluruh unit kerja perusahaan, perluasan media pembayaran, dan perubahan tampilan aplikasi My BRIF.
Berbagai strategi dan transformasi yang dilakukan bertujuan memberikan fundamental yang kuat bagi perusahaan dalam menangkap momentum pemulihan ekonomi di 2022 dan tahun-tahun mendatang dengan mengekspansi bisnis sesuai dengan arahan pemegang saham. (*)
Dede Suryadi dan Arie Liliyah
www.swa.co.id
Artikel ini bersumber dari swa.co.id.