korannews.com – Pemulihan ekonomi global dan Indonesia dibayangi oleh ketidakpastian, mulai dari resesi, hyper inflasi, hingga konflik geopolitik. Hal ini membuat berbagai negara di dunia telah merasakan dampaknya.
Meski demikian, Indonesia dinilai masih memiliki berbagai kelebihan yang membuat ekonomi tanah air lebih tahan banting. Direktur Utama PT Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengungkapkan beberapa riset yang dilakukan lembaga dunia, menyebutkan Indonesia menjadi salah satu yang diuntungkan dalam kondisi ini.
“Ekonomi kita masih surplus setiap bulan, dan pertama kali sejak 2011 neraca kita balance positif dan all time hight (ATH). Secara makro Indonesia paling bagus, malah banyak pertanyaan kenapa ratingnya hanya BBB,” ujar Jimmy dalam Road To CNBC Awards 2022, Jumat (14/10/2022).
Meski demikian, menurutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti gangguan rantai pasok akibat konflik Rusia dan Ukraina. Pasalnya, konflik kedua negara ini memacu kenaikan harga komoditas dan dikhawatirkan menjalar hingga wilayah Eropa lainnya.
“Harga energi di dunia masih sangat tinggi paling bahan baku energi seperti minyak, batubara. Sampai tahun depan tidak turun banyak. Demand masih kuat karena suplai agak terganggu, dan saat ini curah hujan di Indonesia tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, Chief Investment officer Danareksa Investment Management, Herman Tjahjadi mengungkapkan tahu depan ada banyak tantangan dari sisi global dan makro ekonomi. Meski demikian, Indonesia menurutnya masih positif dan lebih baik dibandingkan negara maju.
“Saat ini Eropa tengah menghadapi krisis energi, investor domestik punya peluang menggunakan ketidakpastian ini untuk investasi di pasar saham, obligasi,maupun pasar uang,” kata dia.
Pada kondisi menurutnya pemilihan portofolio investasi harus disesuaikan dengan profil risiko. Beberapa strategi untuk mengatur kelas asetnya di tengah ketidakpastian.
Herman mencontohkan untuk reksa dana obligasi, pihaknya menurunkan durasi obligasi karena tren kenaikan suku bunga diproyeksi bertahan hingga beberapa bulan ke depan.
“Untuk reksa dana saham kami selalu pilih sektor investasi yang sesuai dengan siklus bisnis di Indonesia. Ekonomi masih tumbuh artinya pertumbuhan kredit sehat. Jadi sektor perbankan fundamental strong. Kami selalu pilih saham berkualitas baik dan likuiditas baik, kata dia.
Strategi ini menurutnya efektif mengantisipasi ‘awan gelap’ dari ekonomi global dan makro.
“Kami akan sementara stay away dari perusahaan yang leverage-nya tinggi. Kami benar-benar investasi ke saham yang solid, fundamental strong, leverage kecil, dan kami ingin investasi kami memiliki competitive advantage yang strong,” tegasnya.