Mengutip Antara, Senin, 4 Juli 2022, minyak mentah berjangka brent tergelincir 35 sen atau 0,3 persen menjadi USD111,28 per barel pada pukul 00.16 GMT, setelah melonjak 2,4 persen pada Jumat, 1 Juli.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 32 sen atau 0,3 persen menjadi USD108,11 per barel, setelah terangkat 2,5 persen pada Jumat, 1 Juli.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sementara kekhawatiran resesi telah membebani pasar selama dua minggu terakhir, kekhawatiran pasokan tetap ada, mencegah penurunan harga yang lebih curam. “Pasar energi tetap sarat dengan risiko pasokan spesifik yang membuat posisi jual menjadi pengalaman yang menegangkan,” kata Analis Komoditas Commonwealth Bank Tobin Gorey.
Sebuah survei menunjukkan produksi dari 10 anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Juni turun 100 ribu barel per hari (bph) menjadi 28,52 juta barel per hari, jauh dari peningkatan yang dijanjikan sekitar 275 ribu barel per hari.
Penurunan di Nigeria dan Libya mengimbangi kenaikan oleh Arab Saudi dan produsen besar lainnya, dan Libya menghadapi gangguan pasokan lebih lanjut karena meningkatnya kerusuhan politik. “Ini membuat kemungkinan kelompok (OPEC) memenuhi kuota produksi yang baru ditingkatkan menjadi semakin tidak mungkin,” kata Analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
“Ekspor Libya telah turun menjadi antara 365 ribu barel per hari dan 409 ribu barel per hari, turun sekitar 865 ribu barel per hari dibandingkan dengan tingkat normal,” kata National Oil Corp pekan lalu.
Dalam pukulan lebih lanjut untuk pasokan, pemogokan yang direncanakan oleh pekerja minyak dan gas Norwegia minggu ini dapat memangkas produksi minyak dan kondensat negara itu sebesar 130 ribu barel per hari.
Pedagang akan mengawasi harga resmi untuk Agustus dari eksportir minyak utama Arab Saudi untuk tanda-tanda seberapa ketat pasar, dengan para penyuling bersiap untuk kenaikan tajam lainnya mendekati level rekor yang ditetapkan pada Mei.
(ABD)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.