Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang bertindak sebagai inspektur upacara secara khusus menyematkan ‘halsduk’ Merah Putih di kepala Joko Priyono, salah seorang eks napiter sesaat sebelum upacara dimulai.
“Alhamdulillah kami bisa bersilaturahmi dengan eks napiter lain, dan dengan seluruh elemen masyarakat di sini. Jadi, ketika kami berada di sini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa Tengah memiliki toleransi tinggi. Kami bisa diterima dari kalangan mana pun,” kata eks napiter Joko Priyono yang ditemui usai upacara, di Semarang, Rabu, 17 Agustus 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Joko yang pernah divonis selama empat tahun penjara karena terlibat jaringan Jamaah Islamiyah (JI) tersebut mengapresiasi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang telah mengundang para eks napiter untuk ikut memberi hormat bendera Merah Putih pada upacara HUT RI.
Tidak hanya itu, kata dia, Pemprov Jateng telah memberikan perhatian lebih terhadap para eks napiter seperti memberikan pelatihan wirausaha, sekaligus pinjaman modal untuk usaha.
“Pemerintah Alhamdulillah baik. Setelah keluar dari penjara ada proses mengembalikan kesejahteraan, misalnya usaha. Itu dilakukan secara nyata seperti memberikan pelatihan memasarkan produk. Bisa mengajukan proposal, Insyaallah dibantu,” ujarnya.
Joko saat ini mengaku membentuk Neo JI bersama rekan-rekannya yang telah keluar dari JI dengan tujuan meluruskan pemahaman terorisme menuju ahlussunah wal jamaah.
“Bukan hanya bersama pemprov dan masyarakat, pembinaan antiradikalisme dilakukan bersama Ruang Obrol Unit Idensos Densus 88 AT Satgaswil Jateng,” katanya.
Pasangan suami-istri eks napiter yang lain, Ahmad Supriyanto dan Ika Puspita Sari mengatakan bahwa Jawa Tengah, baik pemerintah maupun masyarakatnya sangat terbuka dan menerima dengan baik para teroris yang telah kembali menerima konsep NKRI.
Ia berpesan kepada generasi muda untuk dapat mempelajari agama melalui banyak guru sehingga tidak hanya bersumber dari satu guru dan satu pemahaman saja. Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyampaikan bahwa dirinya ingin para eks napiter bisa turut serta memberikan pemahaman terhadap bahaya intoleransi dan radikalisme.
“Saya ingin mereka bercerita kepada masyarakat, menyampaikan pendidikan baik kepada pelajar, di rumah ibadah bahwa mereka punya pengalaman dan pernah salah dan itu diakui, serta menjadi satu nilai kebersamaan dan nilai persatuan,” ujarnya.
Kemudian, katanya, para eks napiter bisa memberikan testimoni bagaimana berproses kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, bisa mengedukasi, dan kegiatannya banyak termasuk aktivitas sosial.
(WHS)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.