LP3ES memperingati 120 Tahun Bung Hatta dengan peluncuran karya lengkap Bung Hatta Buku 8 yang berjudul berjudul, Ilmu Ekonomi, Dunia Usaha dan Perkembangan Masyarakat. Buku ini untuk merefleksikan kembali tentang pentingnya memiliki sistem ekonomi yang kuat, yang berbasis kerakyatan.
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (PMK) Muhadjir Effendi mengatakan, konsep ekonomi kerakyatan yang dimanifestasikan melalui koperasi, telah terbukti mampu menjadi pilar ekonomi bangsa karena bertujuan meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya, berdasarkan prinsip-prinsip gotong royong dan kekeluargaan.
“Koperasi juga menjadi cerminan dan ideologi falsafah Pancasila yang bertujuan memakmurkan dan mensejahterakan rakyat. Dituangkan dalam Pasal 33 ayat 1 UUD 1945,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/8).
Dalam iklim neoliberalisme kapitalistik saat ini, koperasi memang menghadapi tantangan yang sangat berat. Tidak saja dalam konsep dan filosofisnya yang banyak kurang dipahami oleh generasi muda, namun juga dalam impelementasi koperasi itu sendiri. Karenanya harus ditanamkan kembali nilai-nilai dan pentingnya berkoperasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sekaligus memperkuat perekonomian bangsa.
Oleh karena itu, menurut dia, Inpres No 12/2016 tentang Gerakan revolusi mental, dan Perpres No.18/2020 tentang RPJMN 2020-2024 menjadi program nasional ke-4. Kemenko PMK sendiri telah menginsiasi aksi nyata Gerakan Ayo Berkoperasi, agar anggota koperasi lebih berintegritas, punya etos kerja tinggi, dan mempunyai jiwa kebersamaan dan gotongroyong. Insiasi ini didukung oleh Kemenko Perekonomian, Kemen UKM dan BPIP.
“Gerakan Ayo Berkoperasi ditujukan untuk mendaratkan Kembali konsep ekonomi kerakyatan terutama koperasi kepada generasi muda. Mulai usia SD sampai universitas dan diupayakan dipraktikkan dengan sebaik-baiknya. Diharapkan koperasi tidak hanya dipahami sebagai konsep tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” kata dia.
Sementara Rektor Unika Atma Jaya A Tony Prasetyantoko mengatakan, Bung Hatta adalah sosok intelektual yang tidak duduk saja di belakang meja. Berlindung dengan konsep dan teori. Tetapi dia adalah seorang intelektual yang terlibat. Bung Hatta adalah intelelektual yang sangat terlibat dalam proses perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan proklamator. Seorang intelektual organik tetapi bukan intelektual tradisional.
Meski sempat mengenyam pendidikan tinggi di barat, namun Bung Hatta sama sekali tidak terkooptasi dengan pemikiran barat. Justru yang dilakukan adalah melakukan kontekstualisasi dan menerapkan kerangka pemikiran Barat dalam konteks persoalan domestik Indonesia pada waktu itu. Bung Hatta tidak berusaha menjelaskan teori dan konsep Barat yang tidak berbasis pada realitas domestik.
Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.