korannews.com – Di Turki , 24.617 orang meninggal dunia.
Sementara itu, di Suriah tercatat 3.575 orang meninggal dunia, menurut penghitungan pada Minggu (12/2/2023), dikutip dari BBC dan CNN Internasional.
Tim penyelamat masih melakukan evakuasi di reruntuhan bangunan.
Pada pencarian ke-135 jam pasca-gempa, masih ditemukan korban selamat, dikutip dari Al Jazeera.
Pada jam ke-132, seorang balita diselamatkan, dan beberapa jam sebelumnya, seorang pria dan wanita diselamatkan hidup-hidup.
Selain itu, pemerintah berencana membuka kembali bandara di kota itu dalam waktu 24 jam.
Landasan pacu bandara rusak parah.
Sehingga, mereka bilang akan menggunakan aspal.
Perbaikan bandara akan sangat penting untuk penerbangan bantuan karena kebutuhan bantuan sangat mendesak.
Penjarahan Meluas di Kota
Selama proses evakuasi, relawan di Antakya mengatakan penggeledahan menambah tugas berat mereka.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dia akan mengambil tindakan keras terhadap para penjarah.
“Kami telah menyatakan keadaan darurat,” katanya saat berkunjung ke zona bencana, dikutip dari Al Jazeera.
“Artinya, mulai saat ini orang-orang yang terlibat penjarahan atau penculikan harus tahu bahwa tangan tegas negara ada di belakang mereka,” katanya.
Seorang penduduk mengatakan dia menyaksikan penjarahan pada hari-hari pertama setelah gempa Senin sebelum meninggalkan kota menuju desa.
“Orang-orang menghancurkan jendela dan pagar toko dan mobil,” kata Mehmet Bok (26) yang sekarang kembali ke Antakya dan mencari rekan kerja di gedung runtuh.
Sejumlah 48 penjarah telah ditangkap oleh otoritas Turki .
Para tersangka ditahan di delapan provinsi berbeda sebagai bagian dari penyelidikan penjarahan.
Pada hari Sabtu (11/2/2023), dua kelompok penyelamat dan bantuan Jerman menghentikan operasi, dengan alasan masalah keamanan di tengah laporan tembakan.
Tim Austria juga sempat menangguhkan pekerjaan sebelum melanjutkan.
Bentrokan di Lokasi Pencarian Korban Gempa
Keamanan diperkirakan akan memburuk karena persediaan makanan berkurang
Seorang juru bicara militer Austria mengatakan bentrokan terjadi pada Sabtu pagi.
Bentrokan ini terjadi antara kelompok tak dikenal di provinsi Hatay .
Akibatnya, puluhan personel dari Unit Penanggulangan Bencana Pasukan Austria mencari perlindungan di sebuah base camp dengan organisasi internasional lainnya.
“Ada peningkatan agresi antar faksi di Turki ,” kata Letnan Kolonel Pierre Kugelweis dalam sebuah pernyataan, dikutip dari BBC Internasional.
“Peluang menyelamatkan nyawa tidak memiliki hubungan yang masuk akal dengan risiko keselamatan,” lanjutnya.
Beberapa jam setelah Austria menghentikan upaya penyelamatannya, Kementerian Pertahanan Turki mengatakan bahwa tentara Turki telah turun tangan untuk memberikan perlindungan, sehingga operasi penyelamatan dilanjutkan.
Tim penyelamat Jerman mengatakan mereka akan melanjutkan pekerjaan segera setelah pihak berwenang Turki menganggap situasi aman.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Gempa di Turki dan Suriah