korannews.com – Apa yang dialami presenter kondang Indra Bekti, membuat masyarakat sadar akan pentingnya berasuransi. Asuransi penyakit kritis kerap kali disebut sebagai produk finansial yang bisa memitigasi risiko karena sakit berat.
Seperti diketahui, total biaya perawatan Indra Bekti di rumah sakit dikabarkan mencapai Rp 1 miliar, dan terjadi gagal bayar asuransi kesehatan lantaran ada masa tunggu 6 bulan untuk asuransi tersebut.
Tidak dipungkiri, biaya pengobatan untuk penyakit kritis memang sangat mahal dan akan terus mengalami kenaikan setiap tahun.
Biaya rawat inap sendiri terdiri dari banyak komponen, biaya kamar, alat kesehatan, obat-obatan, dokter spesialis, infus, operasi, dan lain sebagainya.
Besarnya biaya pengobatan ini seringkali membuat tagihan rumah sakit bengkak yang pada akhirnya, asuransi kesehatan pasien tidak mampu mengcover 100% biaya pengobatan. Oleh karena itulah, nasabah seringkali ditawari asuransi penyakit kritis.
Dalam dunia medis, penyakit kritis diartikan sebagai penyakit dengan risiko kematian yang tinggi. Ada pun penyakit yang tergolong kritis antara lain adalah, stroke, kanker, jantung, diabetes, tumor otak, aneurisma pembuluh darah otak, dan lain sebagainya.
Lantas apakah Anda harus membeli asuransi penyakit kritis saat ini juga demi mengantisipasi risiko ini? Jangan terburu-buru, berikut adalah kriteria orang yang membutuhkan penyakit kritis.
Penyakit turunan atau penyakit bawaan memang sering dianggap sulit untuk dihindari. Kapanpun dan dimana pun, kita bisa saja terserang penyakit ini.
Dalam artikel di CNN yang tayang pada 6 November 2018 lalu, ahli kanker, dr Aru Wicaksono Sudoyo mengatakan bahwa, 90% penyakit kanker dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan 8-10% adalah faktor gen atau keturunan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengenali dengan baik riwayat kesehatan keluarga kita, guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
Setiap keluarga tentunya memiliki sosok yang menjadi pencari nafkah utama. Ketika pencari nafkah utama terserang penyakit kritis, maka keuangan keluarga bisa saja jadi taruhannya.
Asuransi penyakit kritis akan mencairkan santunan tunai ke keluarga apabila si pencari nafkah terdiagnosa penyakit ini.
Beban keuangan keluarga si pencari nafkah pun akan berkurang dengan adanya produk finansial ini.
Makin tua usia kita, makin rentan kita terserang penyakit kritis. Selain faktor genetik, faktor gaya hidup tentunya bisa sangat berpengaruh pada risiko terserangnya penyakit ini.
Namun sejatinya, perlu diketahui bahwa apabila kita baru membelinya di usia kepala empat, makin mahal premi yang harus kita bayarkan.
Oleh karena itu, tidaklah salah untuk mempertimbangkan membeli asuransi ini di usia kepala tiga.
Memiliki asuransi penyakit kritis memang sangat baik, tapi ingatlah bahwa kondisi keuangan kita tentu akan menentukan seberapa besar kemampuan kita dalam berasuransi.
Tidaklah bijak memaksakan diri membeli produk asuransi dengan alasan keamanan, karena asuransi bukanlah tabungan atau investasi.
Memastikan terbayarnya iuran BPJS Kesehatan adalah hal pertama yang harus Anda lakukan, lantaran BPJS menanggung hampir semua jenis penyakit kritis.
Bila penghasilan Anda bertambah, belilah asuransi kesehatan rawat inap terlebih dulu. Cari asuransi dengan manfaat pertanggungan yang cukup dari perusahaan yang sehat, dengan premi yang sesuai dengan bujet.
Jika Anda adalah pencari nafkah, pertimbangkan membeli asuransi kesehatan keluarga yang bisa melindungi seluruh anggota keluarga. Dan sertakan pula manfaat tambahan perlindungan penyakit kritis di asuransi kesehatan Anda.