korannews.com – Bank sentral AS, Federal reserve atau The Fed diperkirakan akan segera memangkas suku bunga seiring menurunnya tingkat inflasi di AS.
Ekspektasi ini juga dipicu dengan kolapsnya dua bank besar di pada Maret 2023 lalu. Pertama, Silicon Valley Bank asal AS, disebabkan penarikan masif para deposan. Kedua, Credit Suisse, bank asal Swiss yang berusia 167 tahun, gara-gara kesulitan memenuhi likuiditas dan berakhir diakuisisi kompetitornya, UBS.
Dimas Yusuf, Head of Fixed Income Sucor Asset Management mengatakan, dalam konteks global, ekspektasi akan turunnya Federal Funds Rate secara tidak langsung mempengaruhi pergerakan imbal hasil obligasi Indonesia (ID10Y), yang diperkirakan bisa menyentuh area 6,2 persen-6,3 persen pada 2023 ini.
Menurut Dimas, angka tersebut lebih rendah dibandingkan posisi per 14 April 2023 di level 6,6 persen, yang artinya adalah masih ada ruang untuk harga obligasi bisa terapresiasi.
“Dalam konteks ini, produk reksa dana yang berbasis pendapatan tetap atau obligasi akan bisa diuntungkan,” kata Dimas dalam acara “Market 2023 Outlook: What’s Next After Global Bank Crisis?” yang dihelat secara eksklusif untuk nasabah Bibit Premium.
Kelebihan Obligasi Negara Fixed Rate (FR)
Head of Priority Clients Bibit.id , Idzni Santana menyampaikan, Obligasi Negara Fixed Rate (FR) yang 100 persen dijamin oleh pemerintah Indonesia serta Reksa Dana Obligasi bisa menjadi pilihan investasi masyarakat saat ini.
Pasalnya, yield Obligasi FR dan Reksa Dana Obligasi tergolong tinggi. Saat ini, rata-rata yield Obligasi adalah sekitar 5-7 persen per tahun.
Dari segi keamanan, Obligasi FR merupakan instrumen investasi yang sangat aman karena pemerintah Indonesia menjamin 100 persen pembayaran pokok dan kuponnya.
Dibandingkan dengan deposito yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan memiliki batas maksimal Rp 2 miliar per bank per nasabah, jumlah investasi Obligasi FR tetap dijamin oleh negara tanpa batas maksimal.
Sehingga, obligasi negara FR biasanya disebut risk-free asset karena hampir tidak ada risiko gagal bayar.
“Produk-produk yang investor investasikan lewat Bibit, apakah itu reksa dana, saham atau atau Obligasi FR, tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sehingga semua investasi tersebut tercatat atas nama pengguna/investor selaku pemilik aset. Hal ini penting untuk mengetahui secara jelas keseluruhan portofolio investasi mereka,” tutup Idzni.