Raup Untung dari Ikan Baung

Raup Untung dari Ikan Baung

JawaPos.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan berkomitmen mengembangkan ikan baung di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Komoditas ikan ini diunggulkan karena mampu memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Selain dapat mendongkrak perekonomian, budidaya ikan baung turut menjaga keberlanjutan ekosistem ikan lokal.

Ikan baung merupakan jenis ikan lokal Kalimantan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tak heran, jika kini banyak orang memilih menjalankan budidaya ikan baung karena tertarik dengan harga jualnya yang cukup tinggi. Peluang usaha budidaya ikan baung memang bisa dikatakan sangat menguntungkan.

“Ikan baung itu jenis ikan konsumsi yang cukup banyak peminatnya. Karena rasanya yang sangat gurih serta tekstur dagingnya juga yang lembut. Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang bagus, di pasaran harganya bisa berkisar antara Rp 40.000 hingga Rp 70.000 perkilogram,” jelas Lilik Kanayah Penyuluh Perikanan Kota Palangkaraya lewat keterangan tertulisnya, Selasa (12/7).

Ikan baung sendiri memiliki tampilan fisik yang sekilas mirip dengan ikan lele. Perbedaanya hanya pada kulit dan bentuk tubuh, di mana ikan baung memiliki kulit yang lebih halus dan tubuh yang ramping.

Budidaya ikan baung diunggulkan karena mampu memberikan keuntungan bagi pembudidaya. (Istimewa)

Dalam proses pembudidayaan ikan ini faktor pakan menjadi tantangan tersendiri yang harus selalu diperhatikan. Mengingat pakan harus terjaga dan adanya penyesuaian antara ukuran ikan dan jumlah pakan yang diberikan.

“Pakan yang diberikan itu biasanya pellet dan frekuensi pemberiannya dilakukan sebanyak 3x dalam sehari, untuk komposisi pakan yang akan digunakan harus disesuaikan dengan umur ikan baung, karena semakin besar ikan maka sudah tentu kebutuhan pakan akan semakin tinggi juga,” jelas Lilik.

Di Kota Palangkaraya, ikan baung dibudidayakan oleh masyarakat nelayan melalui cara pembesaran di keramba. Hanya dengan menggunakan keramba berukuran 2×3 m2 sebanyak 10.000 ikan baung telah bisa dibudidayakan. Hasilnya, dalam waktu 7-8 bulan ikan baung telah siap dipanen dan dipasarkan.

“Biasanya ikan yang dipanen itu minimal ukurannya 250 gram/ekor. Setelah dipanen lalu dibeli oleh pengepul dan dijual langsung ke masyarakat, bahkan mereka jual sampai ke daerah Gunung Mas, Sampit juga ke Kota Waringin Timur (Kotim). Selain itu banyak ikan baung yang dijual ke perusahaan sawit juga untuk diolah dan dikonsumsi para pegawainya,” tutur Lilik.

Sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan hidup ikan baung di alam, Dinas Perikanan Kota Palangkaraya pun tak jarang turut melakukan upaya penyebaran benih ikan baung di aliran sungai. Hal ini juga dilakukan sebagai bentuk menjaga populasi ikan baung di sungai sebagai habitat aslinya.

“Kami dari dinas juga melakukan penyebaran benih (restocking) dengan menebar benih ikan baung di sungai. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan ikan baung di alam agar terus ada di sungai sebagai habitat aslinya,” tutup Lilik.


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.

Exit mobile version