korannews.com – Arief mengatakan Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati sehingga memiliki potensi tinggi untuk melakukan penganekaragaman konsumsi pangan.
Dengan penganekaragaman pangan, kata dia, diharapkan bisa melepas ketergantungan pada satu jenis pangan tertentu.
Menurut dia, penganekaragaman pangan dapat dikembangkan dengan memanfaatkan pangan lokal secara masif dan pengembangan inovasi, serta formulasi rekayasa sosial.
Arief melanjutkan, dalam situasi krisis pangan, beberapa negara produsen pangan di dunia mengambil kebijakan restriksi ekspor terhadap komoditas tertentu, seperti gandum, gula, daging sapi, dan kedelai.
Sejumlah negara seperti negara Rusia, India, dan Ukrania yang membatasi ekspor gandum yang kemudian mengakibatkan naiknya harga komoditas pangan global.
“Oleh karena itu, Indonesia harus menyikapi dengan mengoptimalkan potensi pangan dalam negeri,” ujar dia.
Stabilisasi dan ketersediaan pangan nasional, menurut Arief, harus ditopang oleh ekosistem pangan yang kuat serta kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) agar tidak menimbulkan tergantungan pada satu komoditas pokok saja.
Berangkat dari kondisi tersebut, Bapanas bekerja sama dengan UGM meluncurkan Gerakan Pangan B2SA Goes to Campus perdana.
Gerakan Pangan B2SA Goes to Campus, kata dia, mencakup kegiatan kampanye, promosi dan edukasi pangan B2SA, pengembangan menu B2SA pada kantin kampus, merdeka belajar melalui pendampingan kegiatan B2SA oleh mahasiswa, peningkatan kapasitas SDM keamanan pangan, dan pengawasan terpadu keamanan pangan segar.
“Diharapkan melalui kerja sama dengan civitas UGM, gerakan B2SA akan semakin masif dan memasyarakat, khususnya di kalangan generasi muda, yaitu ‘gen millennials’ dan ‘gen z’,” katanya.