korannews.com – Jakarta, CNBC Indonesia– Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut bahwa beberapa variabel perekonomian memiliki dampak terhadap pertumbuhan pasar, seperti saham, obligasi, dan nilai tukar rupiah. Variabel tersebut meliputi Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, nilai tukar USD/IDR, dan harga minyak dunia.
“Untuk melakukan investasi, kita perlu tahu dampak variabel-variabel utama ekonomi terhadap pasar karena semua variabel ekonomi bisa mempengaruhi pergerakan pasar,” ungkap dia dalam Kelas Cuan Goes to Campus, Selasa (21/3/2023).
Dia menjelaskan bahwa ketika terjadi kenaikan variabel PDB akan berdampak pula pada kenaikan harga saham, kenaikan obligasi, dan menguatnya nilai tukar rupiah. Hal ini juga berlaku ketika ada penurunan pada PDB.
Kemudian variabel kedua adalah inflasi atau tingkat kenaikan harga secara umum. Variabel ini turut mempengaruhi pergerakan pasar, yakni ketika inflasi mengalami kenaikan maka saham dan obligasi akan mengalami penurunan, sedangkan nilai tukar rupiah akan melemah.
“Kemudian kalau suku bunga naik, dampak ke saham akan turun, obligasi akan turun, dan rupiah melemah,” jelas Purbaya.
Keempat yaitu variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar. Purbaya menjelaskan bahwa ketika nilai tukar rupiah melemah, maka dampaknya ke saham dan obligasi adalah penurunan.
Terakhir adalah variabel harga minyak dunia, di mana variabel ini akan berdampak pada penurunan saham ketika harga minyak turun. Penurunan juga terjadi di obligasi, sedangkan nilai tukar rupiah akan melemah.
Di samping memahami pengaruh variabel-variabel tersebut, Purbaya juga menekankan mengenai tips berinvestasi. Antara lain mengenali kebutuhan dan kemampuan, mengenali produk dan jasa keuangan yang dipilih, mengenali manfaat risiko, serta memahami hak dan kewajiban.
Dia juga menekankan bahwa investor perlu berhati-hati ketika ada penawaran produk investasi yang memberikan risiko rendah dengan imbal hasil yang tinggi.
“Jadi kalau ingin investasi harus pilih risiko mana yang Anda suka. Selalu ada hubungan antara high risk dan high return. Low risk, low return. Jadi kalau investasi kedengaran too good, too be true, Anda harus hati-hati,” pungkas Purbaya.