Ibu Kota PNG Siaga Tinggi Menyusul Serangan Parang Saat Pemilu

Ibu Kota PNG Siaga Tinggi Menyusul Serangan Parang Saat Pemilu

Penduduk Ibu Kota Papua Nugini diperintahkan untuk tinggal di rumah. Pasukan keamanan dikerahkan di jalan-jalan, Senin (25/7), setelah serangan brutal terkait pemilihan umum membuat dua orang dirawat di rumah sakit.

Dalam serangan bermotif politik, geng yang menggunakan parang mengejar dua korban di luar pusat penghitungan suara di Port Moresby, Minggu, mengakibatkan satu di antaranya menderita cedera otak traumatis dan lainnya terluka pada bagian tubuh, kata sejumlah dokter dan polisi.

Suara tembakan terdengar di beberapa tempat lain di ibu kota, dengan lebih banyak kekerasan diperkirakan akan terjadi.

“Situasinya tetap sangat tidak stabil pada saat ini,” kata komisaris polisi David Manning, saat ia meminta lebih banyak tambahan tentara untuk membantu pasukannya yang kewalahan dan kekurangan staf. “Mereka menerima permintaan kami dan menindaklanjuti permintaan kami untuk meningkatkan bala bantuan,” katanya.

Papua Nugini mendekati akhir pemungutan suara selama sebulan yang diwarnai oleh kekerasan. Sekitar 10.000 personel polisi, militer, dan lembaga pemasyarakatan telah dimobilisasi untuk mengamankan pemungutan suara, tetapi mereka kesulitan mengendalikan situasi.

Dalam pemungutan suara terakhir pada tahun 2017, sejumlah pemantau dari Universitas Nasional Australia mendokumentasikan lebih dari 200 pembunuhan terkait pemilu dan “penyimpangan serius” yang meluas. Tahun ini, belasan kematian terkait pemilu telah tercatat, menurut polisi Papua Nugini.

Ibu Kota PNG Siaga Tinggi Menyusul Serangan Parang Saat Pemilu

Petugas menghitung surat suara di Buka, Bougainville, Papua Nugini, 11 Desember 2019. (Foto: via Reuters)

Manning menyarankan orang-orang untuk tinggal di rumah sampai ketertiban berhasil dipulihkan. “Yang dapat saya rekomendasikan dan sarankan kepada penduduk Port Moresby adalah berhati-hati. Jika Anda tidak perlu berada di mana pun pada saat ini, harap tetap berada di dalam rumah dan beri kami kesempatan untuk memulihkan situasi.”

Perdana Menteri James Marape sedang mengupayakan masa jabatan kedua dalam pemungutan suara yang didominasi oleh keprihatinan lokal dan sistem patronase, bukan ideologi politik partai.

Pemungutan suara diperkirakan berakhir pada 29 Juli. Hasil penghitungan suara di beberapa daerah di negara itu sudah mulai diperoleh, tetapi pemenang banyak kursi parlemen belum diumumkan. [ab/ka]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!