korannews.com – Sri Safitri dan Cahyana Ahmadjayadi menyusun buku bertajuk “ABCD…X:Xperience Matters, Teknologi untuk Peradaban Digital”. Buku itu diluncurkan di Jakarta pada Selasa, 16 Mei 2023.
Sri berpandangan, kecerdasan buatan yang tengah naik daun -misal ChatGPT-, tak mampu memberikan jawaban bagus, menarik, dan praktis saat tanpa ajuan pertanyaan yang tepat.
“Tak boleh melupakan, bahwa ChatGPT itu artificial intelligence. Ada unsur kata art atau seni di bagian depannya. Hanya akal dan perasaan dari munusia yang bisa mengendalikan itu,” ucap Sri yang juga merupakan Head of Digital Vertical Ecosystem PT Telkom Indonesia.
Kehadiran aneka teknologi itu, ucap Sri, perlu turut memberikan pengalaman terbaik bagi masyarakat dengan simplikasi proses bisnis. Berkenaan dengan hal itu, negara-negara di Timur Tengah, seperti Arab Saudi sudah punya wakil menteri bidang customer experience (CX) yang bermaksud meningkatkan pelayanan publik dengan memanfaatkan teknologi apa pun.
Cahyana Ahmadjayadi menambahkan, pengalaman pengguna sangat penting saat teknologi sudah berkembang menjadi mesin yang bisa belajar (thingking machine).
“Manusia merupakan makhluk berakal ciptaan Ilahi. Sementara itu, teknonologi bisa mempelajari cara berakal dengan kecepatan 100 kali lebih cepat. Kendati demikian, apa pun kecepatan eksponensial teknologi, ujungnya tetap berada di pengalaman pengguna,” ucap Cahyana yang pernah menjadi Dirjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika, juga Komisaris PT Telkom .
Sementara itu, Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia Fajrin Rasyid mengatakan, ragam, dan kecepatan teknologi sangat menarik. Berkenaan akan hal tersebut, pandangan pihaknya di antara bisa atau tidak membayangkan rupa teknologi ke depan.
Sebagai gambaran, dia mengatakan, teknologi yang relevan pada 5-10 tahun lalu bisa tak lagi aktual pada saat ini. Perubahannya pun terjadi begitu cepat.
Rektor Telkom University Prof. Adiwijaya menghadiri peluncuran buku. Dia mengatakan, penerapan spirit konsep Society 5.0 pada banyak negara maju tetap menekankan kehadiran teknologi yang berpusat pada manusia. Pasalnya, secepat apa pun, teknologi tetap butuh pengendali logika operasional yang bertumpu pada akal manusia.
“Orang belajar accounting di kampus empat tahun, kemudian kabarnya digantikan apps. Itu memang keniscayaan. Akan tetapi, jangan lupa, apps tidak akan faham logika dan konteks soal modal bergulir, atau waktu untuk menyertakan modal. Konteks itu hanya dimiliki manusia,” kata dia.Selain Adiwijaya dan Fajrin Rasyid, sejumlah tokoh TIK Indonesia turut hadir dalam peluncuran buku, di antaranya, Dirut Allo Bank Indra Utoyo, Ketua Umum KORIKA serta Ketua BPPT 2019-2021 Prof Hamman Riza, Dirut Telkomsel 1995-1998 Koesmarihati, EVP Digital Business PT Telkom Indonesia Komang Aryasa.
Buku “ABCD…X:Xperience Matters, Teknologi untuk Peradaban Digital” berisi 190 halaman teridir atas 7 BAB dengan kode pengidentifikasian ISBN 978-623-5466-45-3. Adapun isi pembahasannya, berkenaan dengan situasi kondisi selepas pandemi, juga artificial intellegence, blockchain, cloud computing, data science, customer experience, serta konklusi-insight.***