korannews.com – Ukraina memiliki cara lain dalam mengangkutgandum jika perjanjian ekspor aman Laut Hitam tidak diperpanjang pada 18 Mei dan tidak akan berubah menjadi “skenario kiamat”, kata menteri pertanian negara itu.
Pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam diblokade Rusia setelah negara ini menginvasi Ukrainatahun lalu, namun akses ke tiga pelabuhan dibuka Juli lalu berdasarkan kesepakatan antara pemerintah Rusia dan Ukraina yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki.
Rusia mengancam keluar dari kesepakatan tersebut pada 18 Mei kecuali dipenuhinya sejumlah permintaan menghilangkan hambatan ekspor gandumdan pupuk negara itu.
“Kami tidak membayangkan skenario mengerikan karena sejumlah faktor. Petani Ukraina dan pedagang Ukraina sudah membuktikan diri bisa melakukan banyak hal, dan banyak rute (ekspor) bisa dipetakan,” kata Menteri Pertanian Mykola Solsky pada Senin malam waktu setempat.
“Ada beberapa rencana yang dipersiapkan jika dalam keadaan terburuk,” kata dia tanpa menjelaskan lebih jauh.
PBB pada Senin mengatakan sekitar 30 juta metrik ton gandum dan bahan makanan diekspor dari Ukraina di bawah perjanjian Laut Hitam, termasuk hampir 600,000 metrik ton gandum di kapal Program Pangan Dunia (WFP) untuk operasi bantuan di Afganistan, Ethiopia, Kenya , Somalia, dan Yaman.
Kantor berita RIA mengutip pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Vershinin bahwa pertemuan tingkat tinggi empat pihak terkait perjanjian gandum Laut Hitam akan diadakan di Istanbul, Turki, pada 10-11 Mei.
Ukraina juga mengekspor pangan melalui pelabuhan-pelabuhan di Sungai Danube dan sebelumnya menyebut apa yang dikenali Klaster Danube itu menawarkan pilihan rute ekspor.
Sumber: Reuters