Reni Fitriani, berwirausaha karena “the power of kepepet”

Reni Fitriani, berwirausaha karena “the power of kepepet”

korannews.com – Satu lagi sosok perempuan muda Indonesia yang bisa menjadi inspirasi sekaligus kebanggaan negeri dengan segudang prestasi. Srikandi itu bernama Reni Fitriani.

Lahir di Kuningan Jawa Barat, Reni adalah sosok muda yang kukuh menekuni dunia wirausaha dengan menjadi seorang konsultan sekaligus memiliki perusahaan jasa konsultan multinasional.

Prestasinya juga tidak main-main. Bungsu dari delapan bersaudara ini menorehkan sejumlah penghargaan, di antaranya The Most Inspiratif Women, Youth Economic Leader 2020, Alibaba Netpreneur 2020, B20 Delegate, Women for Business Council 2022, dan Global Youth Leadership Award 2022.

Lahir di Kuningan Jawa Barat, perempuan yang saat ini tengah menempuh master di President University jurusan Manajemen Bisnis Teknology tersebut memulai petualangan dalam dunia bisnis pada usia 18 tahun.

Saat itu dia menjadi dropshipper baju Muslimah, lalu membuka kursus private bahasa Inggris.

“Pada usia 28 tahun, saya membuka perusahaan jasa konsultan pengembangan bisnis yang awalnya hanya konsultan keuangan bisnis. Kemudian berkembang memiliki holding company, yaitu Superkey Group hingga sekarang,” kata Reni kepada ANTARA.

Lewat berbisnis, Reni bersyukur dapat memiliki penghasilan sendiri untuk membantu perekonomian keluarga, baik sewaktu masih berstatus sebagai mahasiswa atau ketika sudah menjadi ibu rumah tangga saat ini.

Namu, sebenarnya awal dia berbisnis bisa dibilang karena pertimbangan “the power of kepepet”karena punya kebutuhan dan keinginan. Akhirnya, daripada meminta-minta kepada orang lain, dia putuskan untuk lebih baik berbisnis.

Kini dia memiliki perusahaan jasa konsultan bernama Superkey Consulting Group, perusahaan tambang PT Alba Prima Gemilang, dan perusahaan pelaksana konstruksi PT Rahel Karya Emas.

Ibu dua anak tersebut berpendapat bahwa berbisnis bukan hanya sekadar memperoleh pendapatan, namun menjadikan dirinya memiliki semakin banyak relasi, keilmuan dan pengalaman yang bisa “dicuri” dari banyak orang.

Keluarga sederhana

Reni Fitriani tumbuh dan berkembang dari keluarga yang sederhana sekaligus disiplin. Kedua orang tua selalu mengajarkan dirinya cilik soal kemandirian.

Bila memiliki keinginan, maka dia harus bertanggung jawab untuk meraihnya sendiri tanpa harus merepotkan orang lain.

Selain kemandirian, Reni mengingat pengajaran akan nilai-nilai berbagi dari kedua orang tuanya. Imbasnya, Reni yang pernah menimba ilmu Master of Business Administration di Swiss German University ini turut merasakan dampak positif dari berbagi.

Bagi dia, berbagi tidak hanya materi, namun bisa dalam hal pengalaman, ilmu, tenaga, relasi, pikiran, energi, dan lainnya. Lewat berbagi, orang menjadi kaya, terutama kaya akan insight, relasi, keilmuan, dan sebagainya.

Tak hanya kemandirian dan kesederhanaan, kedua orang tua Reni sangat peduli akan pendidikan, utamanya investasi leher ke atas, atau yang bermakna penanaman modal ilmu pengetahuan untuk pengayaan ilmu pengetahuan.

Karena itu dia sangat senang untuk selalu belajar. Setiap punya income, dia selalu invest dengan belajar, tidak hanya menabung, bahkan membuka usaha. Meski diajarkan benar-benar soal kemandirian dan kemampuan belajar, Reni kecil ingat akan pengajaran kedua orang tuanya mengenai pentingnya selalu menjaga kesederhanaan dalam banyak hal.

Sejatinya, apa yang dia dan kita semua miliki, bukan betul-betul sebagsipemilik, melainkan hanyalah titipan.

Seiring waktu, Reni semakin tertarik menekuni dunia bisnis. Ia sempat bekerja sebagai bankir di salah satu bank syariah pada 2012 hingga 2017. Di situlah, dia banyak belajar lewat para pendahulu dan para pelanggan bank.

Mereka menginspirasi dia untuk menambah saldo di rekening dengan cara berbisnis.

Pemberdayaan Masyarakat

Sosok yang pernah menempuh kursus kilat di University of Leeds ini juga dikenal aktif berkegiatan dalam pemberdayaan masyarakat, utamanya komunitas generasi muda. Reni merupakan koordinator Indonesia untuk Global Youth Parliament (GYP) –sebuah organisasi transformasi ide pemuda terbesar di dunia yang muncul sejak 2010 di Nepal.

GYP memiliki jaringan di lebih dari 100 negara dan Indonesia adalah salah satu negara perwakilan yang berpartisipasi. Gerakan ini diinisiasi untuk mengumpulkan dan memotivasi pikiran anak-anak muda dari berbagai negara dalam ranah sosial, kewirausahaan, demokrasi, dan pembangunan berkelanjutan.

Capaian ini menjadi yang paling monumental menurut Reni. Ia ingat pernah diminta menyampaikan pidato secara mendadak di hadapan ratusan orang dan dihadiri oleh menteri-menteri dari berbagai negara.

Dulu, dia memang sempat bermimpi ingin pidato di depan ratusan orang dari berbagai negara. Bukan untuk apa-apa, , sekadar bicara saja untuk seru-seruan.

Pada tahun lalu, Indonesia mengirimkan delegasi sebanyak 24 putra-putri terbaik dari kalangan profesional dan pelaku usaha untuk mengikuti perhelatan Global Youth Leadership Summit & Award 2022 di Bangkok, Thailand.

Kegiatan itu sangat berdampak pada value anak muda karena membuat mereka menjadi semakin kaya akan wawasan global. Wawasan tersebut dapat menjadi inspirasi untuk diterapkan di bisnis maupun organisasi.

Pertemuan tersebut, kata Reni, merupakan momentum mengenal perwakilan anak muda dari bermacam negara yang memiliki latar belakang berbeda dan keinginan yang beraneka ragam. Paling tidak selain menambah wawasan, momentum tersebut juga membuka jaringan atau global network yang bisa dimanfaatkan untuk ekspansi ke luar negeri.

Aktivitas di UMKM dan komunitas anak muda membuat dia menjadi semakin introspeksi diri, bahwa apa yang dilakukannya ini bagian dari menambah kemanfaatan bagi banyak orang. Itulah yang diajarkan oleh junjungan Nabi Muhammad SAW.

Reni kemudian kembali terbang mewakili ibu pertiwi. Kali ini dia dan 17 delegasi terbaik Indonesia serta 9 orang peraih penghargaan global hadir di acara Global Youth Leadership Summit & Award 2023 yang digelar di Dubai, UAE.

Beberapa poin penting yang tersaji dalam pertemuan tersebut, di antaranya tentang kewirausahaan berkelanjutan, inovasi-metaverse, kepemimpinan pemuda untuk mencegah ekstremisme dan kekerasan, serta aksi pemuda dalam perubahan iklim dunia.

Terkait hal tersebut, ia juga mengapresiasi peran Pemerintah yang telah memberikan dukungan terhadap pemberdayaan potensi anak-anak muda dalam berbagai sektor.

Mayoritas kementerian saat ini, dia nilai memiliki program untuk anak-anak muda. Misalnya di bidang olahraga, wisata, wirausaha, dan lainnya. Dukungan Pemerintah saat ini cukup banyak, baik berupa pelatihan, pendampingan, penghargaan, maupun berupa finansial.

Untuk Perempuan

Reni menaruh harapan tinggi bagi kemandirian semakin banyak perempuan saat ini. Baginya, kaum perempuan Indonesia harus memiliki tujuan hidup yang jelas, sehingga dapat memetakan setiap proses langkah demi langkah menuju capaian. Tak heran bila mayoritas tim kerja dan rekan kerja Reni adalah perempuan.

Mereka berasal dari ibu rumah tangga, fresh graduate, hingga yang sudah berpengalaman. Selama bekerja, mereka bisa mengikuti ritme pekerjaan, bahkan lebih cepat, rapi, detail dan memiliki target.

Dia mengatakan, perempuan memiliki potensi dan kemampuan luar biasa dengan segala atribusi yang melekat. Sebagai ibu rumah tangga, mereka dituntut sebagai pahlawan super dan pemberi solusi dari berbagai macam tantangan yang dihadapi. Di luar itu, kaum perempuan juga memiliki peran ganda, baik sebagai pengusaha, tenaga profesional atau leader perusahaan serta organisasi.

Lalu, bagaimana sebaiknya mengatur waktu? Mereka yang cerdas mengatur waktu akan lebih mudah mendapatkan apa yang mereka targetkan dan mau. Dengan segudang prestasi, Reni merasa hanya menjalani setiap proses dan mengoptimalkan apa yang selama ini dia miliki dengan penuh keikhlasan, tanpa menanti adanya timbal baik. Baginya, kegagalan merupakan guru dalam kehidupan.

Karena itu dia merasa kegagalan itu bagian dari perjuangan. Dari kegagalan, Reni belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih memiliki nilai. Kegagalan itu guru kehidupan, mengajarkan banyak hal, terutama bagaimana menjaga mental, memperbaiki agama dan sikap. Sumber utama kesuksesan bukan dari seberapa pintar kita, tapi seberapa cerdas dalam mengelola diri, emosi, spiritual, dan intelektual.

Ia juga berharap akan semakin banyak perempuan yang mau memanfaatkan waktu dengan baik, menghabiskan waktu luang dengan membaca, mencoba, bersilaturahmi, membuat karya dan ngulik.

Hal itu dia nilaipenting agar mata kita semakin terbuka lebar, bahwa ‘we are still nothing‘. Rasa haus akan belajar akan terus ada.

Meski mendulang berbagai apresiasi dan prestasi, Reni Fitriani belum mau berhenti bermimpi. Apa yang menjadi impiannya di masa depan adalah memiliki lembaga pendidikan Islam yang berbasis entrepreneurship.

Dari tingkat TK sampai universitas. Oleh karena itu, saat ini dia pelan-pelan mengimplementasikan di perusahaan dulu, merasakan ruh edukasinya. Sambil mengumpulkan tenaga, memantapkan konsep dan partner dalam mewujudkannya secara perlahan.

Rasanya, impian Reni bukanlah hal muluk untuk diwujudkan, mengingat saat ini sudah semakin banyak Kartini muda yang menjadi kebanggaan pertiwi.

error: Content is protected !!