korannews.com – Peringati setahun akuisisinya terhadap Twitter , Elon Musk akhirnya bicara dari sudut pandangnya terhadap segala kontroversi yang meliputi perusahaan berlogo burung biru tersebut. Musk mengatakan bahwa perjalanannya memimpin Twitter bukan sesuatu yang menyenangkan, justru bisa dibilang agak menyakitkan.
Elon Musk mulai mengakuisisi Twitter pada April 2022 dan menjabat sebagai CEO pada Oktober pada tahun yang sama. Sejak awal menjabat, banyak kebijakan kontroversial yang dibuatnya, termasuk menghapus departemen komunikasi Twitter , pemecatan pegawai besar-besaran, hingga mangkatnya perusahaan-perusahaan pengiklan dari platform.
“(Masa jabatan) ini sama sekali tidak membosankan. Lumayan seperti rollercoaster,” ujar Musk dikutip dari Aljazeera.
Sebelum kepemimpinan Musk, Twitter memiliki sekiranya 8.000 pegawai, tetapi kini hanya 1.500 di antaranya yang tersisa. Pria yang juga pemilik Tesla dan SpaceX ini mengatakan bahwa pemecatan massal harus dilakukannya demi menghemat pengeluaran perusahaan.
“Perusahaan akan bangkrut jika tidak segera memotong biaya. Ini bukan soal kepedulian. Bisa diumpamakan, seluruh kapal akan tenggelam dan justru semuanya jadi tidak punya pekerjaan,” ujar pria 51 tahun tersebut.
Saat ini, sebagian besar perusahaan pengiklan yang sebelumnya angkat kaki dari Twitter setelah akuisisi Elon Musk telah kembali. Meski sang miliarder tidak memberikan rincian, ia memperkirakan jika hal ini terus berlanjut maka arus kas Twitter bisa positif pada kuartal ini.
Di satu sisi, informasi keuangan ini tidak bisa diverifikasi karena Twitter adalah perusahaan swasta.
Sementara itu, efek kebijakan kontroversial Musk di platform masih terus berlanjut. Pekan ini, Radio Publik Nasional Amerika (NPR), sebuah organisasi media nirlaba mengatakan akan hengkang dari Twitter . Keputusan tersebut diambil setelah Twitter melabeli akun NPR sebagai ‘media yang berafiliasi dengan negara’, sehingga memengaruhi kredibilitasnya.
Label tersebut umumnya disematkan Twitter kepada akun-akun yang dianggap corong pemerintah, biasanya kepada media Rusia dan China yang sering dikritik karena menyebarkan disinformasi. Meski sudah mengubah labelnya menjadi ‘media yang didanai pemerintah’, NPR mengatakan bahwa itu justru menyiratkan kontrol pemerintah atas konten editorial dan merusak kredibilitas mereka.
Serbuan kontroversi tersebut akhirnya membuat Musk ditanya kemungkinan dia menyesal membeli Twitter . Ia tidak menjawab dengan tegas dan hanya berkata bahwa itu adalah sesuatu yang harus dilakukannya.
“Rasa sakit yang ditimbulkan dari (memimpin) Twitter sangat tinggi dan bukan perjalanan yang menyenangkan,” tuturnya.
Musk bahkan bercerita kalau terkadang harus tidur di sofa kantor Twitter San Francisco. Sambil bercanda ia bilang bahwa CEO Twitter sesungguhnya adalah anjingnya, Floki.***