Sudan bergolak, 25 orang tewas dalam bentrokan paramiliter-tentara

Sudan bergolak, 25 orang tewas dalam bentrokan paramiliter-tentara

korannews.com – Sedikitnya 25 orang tewas dan 183 lainnya terluka dalam bentrokan antara paramiliter dan tentara di seluruh Sudan.

Serikat Dokter Sudan pada Sabtu waktu setempat menyatakan tidak dapat memastikan apakah semua korban tewas adalah warga sipil.

Dua orang tewas di bandara Khartoum, empat di Omdurman, delapan di Kota Nyala, enam di Kota El Obeid dan lima di El Fasher, katanya.

Sebelumnya pada Sabtu terjadi bentrokan memperebutkan kekuasaan antara kelompok paramiliter dan tentara.

Perebutan itu dilatarbelakangi oleh terhentinya proses pemilihan umum di negara itu setelah kudeta militer.

Tentara menolak pernyataan Pasukan PendukungCepat (RSF) bahwa kelompok paramiliter itu telah merebut istana kepresidenan, kediaman panglima angkatan darat, bandara Khartoum dan Kota Merowe.

Pertempuran terjadi di berbagai tempat, termasuk di kantor pusat stasiun TV milik negara.

Tentara mengatakan angkatan udara Sudan sedang menggelar operasi menumpas RSF.

Suara tembakan dan ledakan terdengar di seluruh Khartoum. Tayangan TV menunjukkan jet-jet militer terbang rendah di atas ibu kota itu dan asap mengepul dari beberapa distrik.

Para saksi mata melaporkan ada penembakan di kota-kota terdekat.

Seorang wartawan Reuters melihat kendaraan lapis baja dikerahkan di jalan-jalan ibu kota dan mendengar tembakan senjata berat di dekat markas tentara dan RSF.

Kepala Angkatan Darat Jenderal Abdel Fattah Al Burhan mengatakan kepada Al Jazeera TV bahwa RSF harus mundur.

“Menurut kami jika mereka bijaksana, mereka akan menarik pasukan mereka yang masuk ke Khartoum. Tetapi jika ini terus berlanjut, kami harus mengerahkan pasukan ke Khartoum dari daerah lain,” kata dia.

Militer mengatakan di Facebook bahwa mereka tidak akan berunding dengan RSF kecuali jika pasukan paramiliter itu dibubarkan.

Pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo atau Hemedti menyebut Burhan “penjahat” dan “pembohong”.

Militer dan RSF bersaing memperebutkan kekuasaan ketika faksi-faksi politik berunding untuk membentuk pemerintahan transisi.

“Kami tahu di mana Anda bersembunyi dan kami akan menangkap Anda dan menyerahkan Anda ke pengadilan, atau Anda akan mati seperti anjing-anjing lainnya,” kata Dagalodalam wawancara dengan Al Jazeera.

RSF, yang diduga berkekuatan 100.000 orang, mengatakan bahwa pasukannya diserang pertama kali oleh tentara, yang mengepung salah satu markasnya dan menembaki mereka dengan senjata berat.

Tentara mengatakan mereka memerangi RSF di lokasi-lokasi yang diklaim telah direbut kelompok paramiliter itu.

Konfrontasi RSF dan tentara yang berlarut-larut bisa menjerumuskan Sudan ke dalam konflik yang meluas di tengah perjuangan negara itu melawan kehancuran ekonomi.

Perseteruan itu juga dapat menggagalkan upaya menuju pemilu.

Bentrokan antara kedua pihak terjadi setelah ketegangan meningkat akibat ketidaksepakatan soal penyatuan RSF ke dalam militer.

Ketidaksepakatan itu telah menunda penandatanganan perjanjian dengan partai-partai politik mengenai transisi menuju demokrasi.

Kekuatan-kekuatan sipil yang meneken draf perjanjian itu pada Desember pada Sabtu menyerukan permusuhan tentara dan RSF dihentikan agar Sudan tidak terjerumus ke dalam “jurang kehancuran total”.

“Ini momen penting dalam sejarah negara kita,” kata mereka. “Perang ini tidak akan dimenangkan oleh siapa pun, dan akan menghancurkan negara kita selamanya.”

RSF menuduh tentara menjalankan agenda para loyalis mantan Presiden Omar Hassan Al Bashiryang digulingkan dalam kudeta 2019 dan berusaha melakukan kudeta itu sendiri.

Kudeta 2021 menggulingkan Perdana Menteri Sudan yang berasal dari kalangan sipil.

Para saksi mata melaporkan pertempuran di berbagai daerah, termasuk baku tembak sengit di Merowe, Sudan utara.

RSF membagikan video yang disebut-sebut menunjukkan pasukan Mesir yang “menyerah” kepada mereka di Merowe.

Militer Mesir mengatakan pasukan mereka berada di Sudan untuk melatih pasukan setempat.

Saat Kairo meminta jaminan keselamatan bagi mereka, Hemedti mengatakan kepada Sky News Arabia bahwa pasukan Mesir itu aman dan RSF akan bekerja sama dengan Kairo untuk memulangkan mereka.

Video itu memperlihatkan sejumlah pria berpakaian tentara berjongkok di tanah dan berbicara kepada anggota RSF dalam dialek Arab Mesir.

Laporan yang belum dikonfirmasi analis intelijen mengatakan beberapa pesawat tempur AU Mesir dan para pilotnya ditangkap oleh RSF.

Bentrokan juga terjadi antara RSF dan tentara di El Fasher dan Nyala di Darfur.

RSF mengatakan mereka telah menguasai bandara-bandara di El Fasher dan Negara Bagian Darfur Barat.

Amerika Serikat, Rusia, Mesir, Arab Saudi, PBB, Uni Eropa, dan Uni Afrika menyerukan agar pertikaian segera dihentikan.

Chad telah menutup perbatasannya dengan Sudan, sedangkan Ethiopia dan Kenya menyeru pihak-pihak yang bertikai agar menahan diri.

Sebuah pesawat komersial Arab Saudi di bandara Khartoum ditembaki saat bentrokan. Maskapai itu menangguhkan penerbangan dari dan ke Sudan.

Maskapai nasional Mesir, Egyptair, menyatakan menangguhkan penerbangan ke Khartoum selama 72 jam.

Kelompok RSF berkembang dari milisi janjaweed yang bertempur dalam konflik pada dekade 2000-an di wilayah Darfur.

Konflik itu membuat sekitar 2,5 juta orang mengungsi dan menewaskan sekitar 300.000 orang.

Sumber: Reuters

error: Content is protected !!