korannews.com – Dalam pidato terbaru di Ottawa 24 Maret 2023 lalu, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden keliru menyebut nama China saat ingin melontarkan pujian kepada Kanada. Biden sebenarnya bermaksud memuji kebijakan luar negeri Kanada yang mau menerima 15.000 lebih banyak warga imigran dari negara-negara Amerika Latin tiap tahunnya.
“Di AS, kami memperluas jalur hukum untuk migrasi, sembari mencegah migrasi ilegal yang menyuburkan praktik eksploitasi dan perdagangan manusia,” ujar Joe Biden memulai pidatonya.
“Jadi, hari ini saya memuji langkah yang diambil China . Maaf, maksudnya saya memuji langkah Kanada,” kata presiden berusia 80 tahun tersebut, dikutip dari New York Post pada Senin, 27 Maret 2023.
Kesalahan ucap itu disambut tawa oleh anggota parlemen Kanada.
“Anda pasti sudah tahu apa yang saya pikirkan tentang China , tapi saya belum akan membahas itu,” ucap Biden menambahkan.
Sebelum kejadian salah sebut ini, hubungan antara China dan AS memang memanas. Jumat pekan lalu, pejabat China melontarkan ancaman serius kepada angkatan laut AS setelah kapal perang negeri Paman Sam melintas di Laut China Selatan.
Joe Biden keliru menyebut Kanada sebagai China saat ingin memuji kebijakan negara pimpinan Justin Trudeau tersebut dalam hal penerimaan imigran dari Amerika Latin. Kanada telah setuju untuk menambah kuota imigran sebanyak 15.000 per tahun. Hal ini merupakan imbalan atas persetujuan yang diberikan AS bagi Kanada untuk mendeportasi imigran gelap.
Ironisnya, sebelum salah sebut, Joe Biden justru sama sekali tidak menyebut China saat membahas soal distribusi fentanyl yang telah menyebabkan lonjakan angka kematian akibat overdosis di AS. Seperti diketahui, laboratorium di China merupakan salah satu pemasok fentanyl terbesar ke AS.
“Kita sedang menghadapi ancaman akan obat-obatan sintetis yang menghancurkan kaum muda Kanada dan Amerika. Fentanyl sangat mematikan, hampir semua orang yang mengenal pengguna obat ini pasti telah kehilangan kerabat atau teman,” kata Biden soal maraknya penggunaan fentanyl di AS.
Biden menyebut bahwa fentanyl yang beredar di AS dipasok dari luar negeri tanpa merinci negara mana yang ia maksud. Keengganan Biden menyebutkan fakta bahwa fentanyl kebanyakan berasal dari China kontras dengan Trump yang terang-terangan menyebutkan hal tersebut. Donald Trump juga kerap meyakinkan Beijing untuk mengadopsi hukuman mati bagi para eksportir.
Fentanyl adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa sakit yang sangat parah dan penggunaannya harus dengan resep dokter. DEA mengatakan bahwa dosis fentanyl seukuran 10 butir garam meja saja bisa berefek mematikan. Dari tahun 2018 hingga 2021, sebanyak 196.000 warga AS meninggal karena overdosis obat ini.
Selain keliru menyebut Kanada menjadi China , pada kesempatan yang sama, Joe Biden juga hampir salah mengucap nama Jepang saat hendak mendiskusikan hubungan politik China dan Rusia. Namun, ia menyadari kesalahan ini di tengah jalan, sehingga tidak menyelesaikan ucapannya.***