Hong Kong Tak Ragu Copot Karya Seni Subversif di Ruang Publik

Hong Kong Tak Ragu Copot Karya Seni Subversif di Ruang Publik

korannews.com – Sebuah department store di Hong Kong menurunkan karya seni digital yang berisi referensi tersembunyi kepada para pembela kebebasan berbicara yang dipenjara.

Penurunan karya seni itu disebut para seniman sebagai bukti pengikisan kebebasan berbicara oleh otoritas China.

Karya yang diturunkan termasuk “No Rioters” karya Patrick Amadon, yang dipajang di papan reklame di toko besar Sogo Causeway Bay.

Dilansir dari Guardian, masih belum jelas apakah pemerintah berperan dalam keputusan untuk menghapus karya seni tersebut.

Beberapa hari sebelumnya sebuah film yang menampilkan Winnie the Pooh, sosok yang sering digunakan untuk mengejek Presiden China Xi Jinping, juga ditarik dari bioskop.

Hong Kong adalah bekas jajahan Inggris yang kembali ke pemerintahan China pada 1997.

Beijing berjanji untuk melanjutkan kebebasan gaya baratnya.

Protes pro-demokrasi pada 2019 berakhir dengan China memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang mengkriminalisasi banyak perbedaan pendapat.

Pemerintah kota sejak itu telah mengadili, memenjarakan dan membungkam banyak aktivis dalam proses yang terus berlanjut.

Amadon sendiri mengaku telah mengikuti protes di Hong Kong dan dia ingin karyanya menunjukkan solidaritas dengan para pengunjuk rasa serta mengingatkan orang-orang tentang realitas baru kota itu.

“Terlalu banyak menonton Pekan Seni di Hong Kong sembari berpura-pura bahwa pemerintah China tidak menghancurkan demokrasi dan mengubah Hong Kong menjadi negara bawahan pengawasan,” kata seniman yang berbasis di Los Angeles itu.

Amadon mengatakan dia tahu karya itu akan menjadi kontroversial dan terkejut karena telah ditampilkan di depan umum selama berhari-hari.

Di bawah undang-undang keamanan nasional, komunitas seni dan media kota telah belajar untuk berhati-hati dalam melewati garis merah yang samar-samar.

Surat kabar pro-demokrasi Apple Daily sebelumnya terpaksa ditutup setelah pihak berwenang menangkap editor dan eksekutif puncaknya dan menuduh mereka berkolusi dengan pihak asing.

Beberapa seniman yang dikenal karena karya politiknya meninggalkan Hong Kong di bawah bayang-bayang hukum.

Beberapa pembuat film telah berhenti menampilkan karya mereka di kota.

Bahkan mereka yang memproduksi konten non-politik juga kian berhati-hati.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

error: Content is protected !!