korannews.com – Amerika Serikat ikut mengecam pernyataan Menteri Keuangan sayap kanan Israel , Bezalel Smotrich karena menyangkal keberadaan rakyat Palestina . AS menyebut pernyataan tersebut “berbahaya.”
“Kami menganggap komentar itu tidak hanya tidak akurat tetapi juga sangat memprihatinkan dan berbahaya,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel kepada wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (22/3/2023).
Dia juga menyebut pernyataan Smotrich tersebut sebagai “ofensif.”
“Rakyat Palestina memiliki sejarah dan budaya yang kaya dan Amerika Serikat menghargai kemitraan kami dengan rakyat Palestina ,” katanya.
Tetapi ditanya tentang bagaimana pernyataan itu akan mempengaruhi hubungan AS dengan sekutunya, Israel, Patel mengatakan bahwa Smotrich “bukan satu-satunya individu dalam pemerintahan Israel.”
Smotrich memicu kemarahan banyak pihak usai berbicara di atas podium yang dihiasi variasi bendera Israel yang menunjukkan negara Israel dengan perbatasan yang diperluas mencakup Tepi Barat, Yerusalem Timur, Gaza dan Yordania.
“Apakah ada sejarah atau budaya Palestina? Tidak ada,” ucap Smotrich dalam cuplikan tayangan pidato yang disampaikan dalam sebuah konferensi di Paris, Prancis pada Minggu (19/3) waktu setempat. Video itu beredar secara luas di media sosial.
“Tidak ada yang namanya rakyat Palestina,” cetusnya.
Smotrich diketahui memimpin partai nasionalis-religius dalam koalisi pemerintahan beraliran sayap kanan-radikal yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Dia menyampaikan pidato kontroversial itu pada hari yang sama ketika para pejabat Palestina dan Israel bertemu di Mesir untuk membahas upaya meredakan konflik menjelang bulan suci Ramadan dan hari raya Paskah.
Kecaman menghujani Smotrich atas pernyataannya yang kontroversial itu. Salah satunya datang dari PM Palestina Mohammad Shtayyeh yang memperingatkan bahwa pernyataan semacam itu sama saja hasutan untuk melakukan kekerasan.
Sebelumnya, Smotrich juga dihujat setelah dengan komentar yang dilontarkannya beberapa hari setelah dua orang pemukim Israel ditembak mati di kota Huwara. Setelah peristiwa penembakan itu, ratusan pemukim Yahudi menyerang kota Huwara di Tepi Barat.
“Saya pikir Huwara perlu dimusnahkan,” kata Smotrich.
“Saya pikir Negara Israel harus melakukannya,” cetusnya.
Usai banjir hujatan, Smortrich kemudian menepis ucapannya sendiri dengan menulis di akun Twitter pribadinya, bahwa dirinya “tidak bermaksud memusnahkan Huwara, tetapi hanya bertindak dengan cara yang ditargetkan terhadap para teroris”.