40 Persen Warga Jakarta Idap Obesitas Sentral, IDAI Minta Fasilitas Olahraga Diperbanyak

40 Persen Warga Jakarta Idap Obesitas Sentral, IDAI Minta Fasilitas Olahraga Diperbanyak

korannews.com – Sebanyak 40 persen penduduk DKI Jakarta berusia 15 tahun ke atas menderita obesitas sentral . Hal itu dikatakan oleh Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI ) Piprim Basarah Yanuarso yang menukil data dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).

Menurut dr. Piprim, penderita obesitas sentral akan memunculkan berbagai penyakit tidak menular (PTM). Artinya, obesitas sentral lebih berbahaya bagi para penderitanya.

“Itu lebih bahaya dari obesitas yang biasa karena visceral fat, itu nanti kaitannya dengan diabetes, hipertensi, dan seterusnya,” ujar dr. Piprim dalam pernyataan pada Jumat, 3 Maret 2023, dikutip Pikiran-rakyat.com dari Antara.

Lebih lanjut, dr. Piprim memaparkan, kasus obesitas yang melanda Eropa sepanjang kurun waktu 2001-2016 mulanya hanya mencapai 1 persen dari jumlah penduduk, hingga kemudian berkembang menjadi 11 persen dari jumlah penduduk.

“Di Indonesia pun enggak jauh beda. Obesitas kita, kan, anak-anak itu sekira 10 sampai 11 persen. Jadi enggak jauh beda dengan negara-negara lain,” ujarnya menerangkan. “Lagi-lagi obesitas sama diabetes dan sindrom metabolik itu bagaikan satu paket gitu,” ujar dia lagi.

Meski begitu, dr. Piprim menilai, obesitas sentral yang memunculkan risiko PTM dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat.

“Penyakit akibat gaya hidup baru, maka pencegahannya pun lewat gaya hidup. Misalnya pola makan, olahraga , pola gerak,” ujarnya menuturkan. “Jadikan olahraga menjadi kebutuhan, di mana-mana harusnya ada fasilitas olahraga . Di sekolah, di puskesmas, biar anak-anak itu bergerak,” ujarnya mengimbuhkan.

Selain itu, dr. Piprim mengatakan, masyarakat juga harus memperhatikan kualitas istirahat setiap harinya.

“Tidur juga harus cukup. Karena tidur ini bisa berkaitan dengan sindrom metabolik yang lain,” ujarnya menambahkan.

Selain itu, dr. Piprim juga meminta kaum remaja yang berisiko tinggi terkena PTM setelah menderita obesitas untuk selalu menjaga tingkat stres mereka.

“Jangan sampai ada merasa kesepian, terasing. Ini juga berbahaya. Oleh karena itulah kegiatan-kegiatan komunitas, sepedaan bareng, main-main bareng, itu sangat penting buat gaya hidup sehat,” ujarnya lagi.

Ahli gizi klinis dr. Marya Haryono telah menguraikan penjelasan terkait cara mendeteksi obesitas pada diri seseorang. Menurutnya, seseorang harus melihat lingkar perut masing-masing.

Dalam hal ini, obesitas dengan sindrom metabolik akan terjadi pada kategori lingkar perut pada laki-laki di atas 90 cm dan wanita dengan angka di atas 80 cm.

Pengukuran lingkar perut itu juga harus dipahami dilakukan dengan menggunakan tangan masing-masing mulai dari pusar ke punggung badan.***

error: Content is protected !!