korannews.com – Sudah jadi rahasia umum bila junk food tidak baik bagi kesehatan fisik kita. Namun, siapa sangka bahwa makanan ini juga bisa membahayakan kesehatan mental?
Hal tersebut diungkapkan dalam buku terbaru karya psikolog, ahli gizi, dan mantan kontestan Great British Bake-Off, Kimberley Wilson yang bertajuk “Unprocessed: How the Food We Eat is Fuelling Our Mental Health Crisis.”
Buku tersebut membeberkan klaim terkait bagaimana makanan dapat mempengaruhi IQ dan kesehatan mental seseorang.
Secara khusus, Wilson pun menekankan klaimnya pada makanan ultra-olahan (ultra-processed food, atau UPF).
UPF merupakan istilah umum bagi makanan atau minuman yang mengandung beberapa bahan yang biasa kita temukan di kemasan loli atau situs makanan cepat saji, seperti pati jagung, asam askorbat hingga kalium sorbat.
Data Wilson pun menunjukkan bahwa 57 persen dan 55 persen dari makanan penduduk Amerika serta Inggris merupakan UPF, berbanding jauh dengan penduduk Italia yang rata-rata hanya mengonsumsi sekitar 14 persen UPF saja.
Lantas, bagaimana pengaruh junk food ini pada kesehatan mental seseorang?
Wilson menekankan, otak manusia adalah sebuah organ yang sangat besar, dan dapat menyumbang energi sebesar 23 persen saat kita beristirahat. Jumlah itu pun meningkat menjadi 74 persen pada anak-anak dan bayi.
Selain itu, otak juga merupakan organ dengan kandungan lemak paling tinggi dalam tubuh, dan lemak Omega-3 merupakan kandungan esensial yang sangat diperlukan untuk integritas struktural dan berfungsinya otak secara baik dan maksimal.
Adapun sumber makanan dengan kandungan Omega-3 terbaik adalah ikan berlemak dan makanan laut, diikuti dengan kacang-kacangan, kacang kedelai, lalu biji-bijian.
Di sisi lain, UPF atau junk food sangat rendah akan kandungan lemak Omega-3 sehingga tidak berkontribusi pada fungsi otak yang optimal dan regulasi emosional seseorang.
Senada dengan Wilson, National Health and Medical Research Council menemukan bahwa diet tinggi karbohidrat olahan (yang biasa ditemukan pada junk food dan makanan ringan) dapat meningkatkan risiko gejala depresi.
Sebaliknya, diet tinggi makanan utuh seperti buah, sayuran, kacang-kacangan, dan produk susu dalam jumlah sedang dikaitkan dengan penurunan risiko depresi.
Alasan mengapa hal ini bisa terjadi memang belum jelas. Kendati demikian, kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh perubahan kadar gula darah dan efek makanan itu pada mikroorganisme yang hidup di usus.
Untuk itu, ada baiknya kurangi konsumsi junk food, ya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.