Tahun Ini, Pemkot Surabaya Akan Rehabilitasi 800 Rumah Tidak Layak Huni

Tahun Ini, Pemkot Surabaya Akan Rehabilitasi 800 Rumah Tidak Layak Huni

Tahun Ini, Pemkot Surabaya Akan Rehabilitasi 800 Rumah Tidak Layak Huni

SURYA.CO.ID, SURABAYA – Tahun ini,  ratusan rumah warga Kota Pahlawan akan direhabilitasi total dalam Program Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) oleh Pemkot Surabaya.

Sekitar 800 rumah warga di Surabaya yang akan disasar dalam program tersebut. Jmlah ini meningkat dari tahun 2021, yang hanya merehabilitasi 500 rumah.

Tahun lalu dikurangi, karena ada refocusing anggaran karena pandemi Covid-19. Bahkan pada 2020, hanya sekitar 300 rumah yang mendapatkan manfaat program Rutilahu.

Tahun-tahun sebelumnya, program Rutilahu menyasar paling sedikit 1.500 tempat tinggal.

“Tahun 2022, program Rutilahu untuk 800 rumah, dari 2.000 usulan yang masuk ke pemkot,” kata Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji usai mengunjungi rumah Elok Afifah, warga di Simolawang, Kecamatan Simokerto, Jumat (1/7/2022).

Cak Ji, sapaan Wakil Wali Kota Surabaya itu, mengaku terpanggil untuk mengunjungi salah satu rumah tidak layak huni di Surabaya milik Elok Afifah (45). Perempuan buruh gudang ini terharu dikunjungi Wawali Surabaya.

Perempuan itu tinggal bersama putrinya yang mengalami stunting, Alya Devi Nurhikmah (16). Anak usia remaja ini masih terlihat seperti bocah karena mengalami keterlambatan pertumbuhan.

“Kulo ajrih ninggal putri kulo. Atap rumah sampun rapuh,” ucap Elok.

Cak Ji mendatangi rumah Elok dengan didampingi pihak Dinas Sosial, Dinas Perumkim dan Cipta Karya serta pihak kelurahan dan Kecamatan.

“Kondisi yang seperti ini akan menjadi perhatian dan prioritas utama kami. Pemerintah Kota Surabaya menjamin akan memberikan intervensi atas situaisi sulit yang dihadapi Ibu Elok,” kata Cak Ji.

Dirinya juga mengajak agar segenap jajaran pemerintahan peka terhadap kondisi masyarakat sekitarnya. Camat, lurah, RW hingga RT harus tahu kondisi riil warga kampungnya. Kondisi riil di kampug harus dimasukkan skala prioritas dalam menyusun program intervensi.

“Bila ada survei, baik itu bedah rumah, usulan permakanan dan program lainnya harus bisa disusun skala prioritas. Mana yang lebih didahulukan, mana yang bisa ditunda. Bu Elok harus masuk priorotas,” tandas Cak Ji.

Sementara itu, penurunan angka stunting di Surabaya memang terbilang pesat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, sebelumnya menyebut angka stunting di Surabaya pada Oktober 2021 ada 5.727 kasus. Namun tidak sampai akhir 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785 kasus.

Cak Ji menegaskan, bahwa semua butuh kolaborasi berbagai pihak. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan dirinya beserta jajaran Pemerintah Kota Surabaya tidak bisa sendiri membangun kota.

“Butuh partisipasi segenap komponen masyarakat,” tandas Cak Ji.


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!