Ini Riwayat Obat yang Dikonsumsi Pasien Gagal Ginjal Anak

Ini Riwayat Obat yang Dikonsumsi Pasien Gagal Ginjal Anak

Ini Riwayat Obat yang Dikonsumsi Pasien Gagal Ginjal Anak

korannews.comJakarta, CNBC Indonesia Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali menerima dua laporan kasus baru Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) dari Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta. Ini merupakan kasus terbaru setelah sebelumnya gagal ginjal akut pada anak dinyatakan selesai pada awal Desember 2022 lalu.

Menurut Kemenkes, kedua kasus tersebut memiliki riwayat mengonsumsi obat cair. Satu pasien terkonfirmasi gagal ginjal akut mengonsumsi obat penurun demam merek Praxion yang dibeli secara mandiri di apotek, sementara satu kasus lainnya yang masih berstatus suspek mengonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri.

“Satu kasus konfirmasi GGAPA merupakan anak berusia satu tahun, mengalami demam pada tanggal 25 Januari 2023, dan diberikan obat sirup penurun demam yang dibeli di apotek dengan merk Praxion,” papar Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril melalui keterangan resmi, Senin (6/2/2023).

Sebagai informasi, Praxion merupakan obat produksi PT Pharos Indonesia yang mengandung parasetamol untuk meringankan rasa nyeri dan demam ringan hingga sedang pada bayi dan anak-anak.

Terdapat tiga jenis obat Praxion, yaitu Praxion Drops, Praxion Suspensi, dan Praxion Fonte. Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, saat ini ketiga obat tersebut masih tercantum dalam daftar sirop obat yang aman digunakan sepanjang sesuai aturan pakai oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sebelumnya, ketiga obat tersebut juga telah dinyatakan aman oleh BPOM berdasarkan Lampiran II Penjelasan BPOM RI Nomor HM. 01.1.2.11.22.179 yang dirilis pada 17 November 2022 lalu.

Sementara itu, satu kasus lainnya yang masih suspek gagal ginjal akut merupakan anak berusia tujuh tahun. Dilaporkan, anak tersebut mengalami demam pada 26 Januari 2023 dan mengonsumsi obat penurun panas yang dibeli secara mandiri.

“Sementara satu kasus lainnya masih merupakan suspek, anak berusia 7 tahun, mengalami demam pada tanggal 26 Januari, kemudian mengkonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri,” jelas dr. Syahril.

“Pada tanggal 30 Januari mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari Puskesmas. Pada tanggal 1 Februari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan,” lanjutnya.

Berkaitan dengan munculnya kembali kasus gagal ginjal akut pada anak, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat untuk tidak membeli obat secara mandiri terlebih dahulu dari toko atau apotek.

“Paling baik konsultasi ke nakes (tenaga kesehatan). Jangan beli obat sendiri dulu,” tegas dr. Nadia melalui pesan singkat, Senin (6/2/2023).

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta melaporkan dua kasus terkait gagal ginjal akut. Satu kasus terkonfirmasi gagal ginjal akut dilaporkan mengalami kondisi batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil (anuria) ketika dibawa ke Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta pada 28 Januari 2023. Kemudian, pasien dirujuk ke Rumah Sakit Adhyaksa pada 31 Januari 2023.

Akibat ada gejala gagal ginjal akut, pasien tersebut dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta sebagai rumah sakit rujukan nasional untuk menangani kasus gagal ginjal akut pada anak. Namun, keluarga dilaporkan menolak dan membawa pasien pulang paksa.

“Pada 1 Februari, pasien kemudian dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi fomepizole. Namun, tiga jam setelah di RSCM, [yakni] pada pukul 23.00 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia,” ujar dr. Syahril.

Sementara itu, satu kasus lainnya yang masih berstatus suspek terjangkit gagal ginjal akut saat ini masih menjalani perawatan dan pemeriksaan lebih lanjut di RSCM Jakarta.

“Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sampel obat dan darah pasien,” kata Jubir Kemenkes.

error: Content is protected !!