Mengapa Hari Senin Terasa Lebih Berat?

Mengapa Hari Senin Terasa Lebih Berat?

korannews.com – Hari Senin sudah kembali lagi. Seperti biasa, libur di akhir pekan seperti berlalu dengan cepat.

Pagi ini, kita harus kembali ke dalam rutinitas. Sayangnya, libur di akhir pekan kerap membuat kita menjadi malas untuk mengawali kegiatan di hari Senin .

Apalagi ada banyak orang yang menghabiskan waktu bersama dengan teman hingga larut malam di akhir pekan, hingga tak jarang membuat jadwal tidur berantakan.

Nah, keadaan semacam ini mungkin tentu berdampak pada pola tidur di hari berikutnya. Terutama di hari Senin seperti sekarang, saat kita harus memulai hari dengan segudang aktivitas.

Itulah mengapa hari Senin juga kerap dianggap sebagai hari yang paling berat dan melelahkan untuk dijalani.

Dalam sebuah unggahan di Instagram, pelatih dan ahli nutrisi AS, Max Lugavere, mengatakan, pola tidur yang tidak konsisten menimbulkan perasaan yang kurang baik di Senin pagi.

“Jika setiap malam kita tidur lebih dari jam 23.00 atau tetap terjaga sampai jam 03.00 (terutama di akhir pekan).”

“Pada dasarnya, pola itu telah melewati zona waktu yang menyebabkan kita merasakan jet lag secara harfiah setiap hari Senin,” kata dia.

“Penelitian yang muncul menunjukkan aliran berirama untuk hampir setiap fungsi biologis kita.”

“Ini termasuk metabolisme, kekebalan, dan kemampuan kognitif yang penting untuk merasa tajam dan berenergi,” sambung dia.

Menjaga ritme sirkadian yang sehat – atau jam tubuh — itu sangatlah penting pada proses biologis alami yang dilalui tubuh selama 24 jam.

Telah disebutkan juga, salah satu faktor yang memiliki dampak terbesar pada ritme sirkadian.

Ritme sirkadian adalah perubahan fisik, mental, dan perilaku yang mengikuti siklus 24 jam.

Ini seperti ketika cahaya memapar mata saat kita bangun, tubuh yang menekan melatonin – hormon yang bertanggung jawab untuk siklus tidur-bangun –, dan melepaskannya setelah matahari terbenam.

Jika kita biasanya bangun sekitar pukul 06.00 -kira-kira saat matahari terbit, tubuh secara harfiah akan mengartikan ini sebagai awal dari hari yang baru.

Jadi ketika matahari terbenam, melatonin dilepaskan kemudian memberi tahu tubuh bahwa sudah waktunya untuk mulai beristirahat.

Dampak kurang tidur

Sederhananya, kurang tidur menyebabkan kita membenci hari Senin karena tubuh sedikit bingung dan perlu kembali ke ritme sirkadian.

Kurang tidur ini kemudian dapat berdampak signifikan pada kemampuan kita untuk bekerja.

Sebab, penelitian sebelumnya yang dilakukan di Finlandia menemukan, orang yang begadang dua kali lebih mungkin berkinerja buruk di tempat kerja.

Meskipun, penting untuk dicatat bahwa ini tidak selalu sama dengan menjadi hal yang buruk.

Sebab, banyak bisnis dapat memeroleh manfaat dari memiliki orang yang produktif di pagi hari dan di malam hari untuk dapat menyelesaikan pekerjaan mereka.

Selain kurang tidur, tentu saja alasan lain mengapa kita semua setuju, hari Senin menyebalkan adalah karena itu cenderung menandakan akhir dari kesenangan beberapa hari dan kita harus serius untuk melakukan pekerjaan lagi.

Andai saja seluruh dunia dapat mengadopsi pendekatan serupa seperti Islandia dan memperkenalkan empat hari kerja dalam seminggu, kita mungkin tidak akan membenci hari Senin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

error: Content is protected !!