korannews.com – Pada hari yang tenang, tiba-tiba pintu didobrak kencang. Brak! Tetangga tiba-masuk. Tetangga yang malas berangkat kerja itu tanpa basa-basi langsung saja tidur di sofa yang empuk sambil mengangkat kakinya.
Tuan rumah sudah mahfum dan malah menawarinya bila ingin minum, bisa mengambilnya di kulkas serta ada roti dan telur untuk sarapan. “Ya, anggap saja rumah sendiri, kalian tidak usah khawatir, sudah biasa,” katanya dengan santai sambil gerak-geriknya mengisyaratkan sang tuan rumah untuk segera berangkat.
Pemandangan mengesalkan itu memang tampak berlebihan karena merupakan adegan di sitkom Tetangga Masa Gitu? yang sempat tayang di NET TV. Berlebihan, tapi siapa sangka ada saja tetangga yang—kok begitu—mengganggu dalam kehidupan nyata.
Susana (43) berbulan-bulan merasa terganggu oleh tetangga sebelah rumahnya yang membuka kafe di kawasan Inhoftank, Kota Bandung.
“Tengah malam sampai subuh berisik banget karena mereka ada live music. Meni berisiiiik, haduh sampai ganggu jam tidur,” tuturnya.
Akan tetapi, tetangga yang dimaksudkannya adalah pengontrak properti miliknya juga. Alhasil, Susana malah merasa sungkan menegur. Suasana mengganggu itu untungnya hanya berlangsung beberapa bulan karena pengontrak tersebut tidak memperpanjang kontraknya.
Kebisingan tetangga juga dirasakan Shena (33). Namun, bukan suara dentuman musik, melainkan suara knalpot sepeda motor yang mengganggu sejak malam hingga subuh. Belum lagi tetangganya sedang berkumpul bersama kolega, suara anak-anak muda begadang di sebelah rumah membuat dia tidak bisa tidur semalaman.
“Anak tetangga suka ngoprek motornya hampir setiap malam, dari sekira pukul 12 sampai pukul 1 dini hari. Subuh kadang masih gerung-gerung knalpot yang berisiknya minta ampun. Ganggu banget dan bukan hanya 1-2 kali,” ujarnya berapi-api.
Suatu sore, anak muda tersebut melakukan aksinya lagi. Bukan hanya suaranya yang mengganggu, asap knalpotnya pun sampai memasuki rumah sehingga kedua anaknya harus makan malam sambil menghirup asap knalpot yang menyesakkan.
Shena mengatakan, anak tetangga itu sering berkumpul dengan teman sebayanya sampai menggunakan area jalan yang jelas-jelas merupakan fasilitas umum di depan rumahnya. Shena pun tidak leluasa memasuki rumah ketika kembali dari suatu tempat.
“Saya udah emosi banget, tapi merasa nggak enak ngomong langsung karena saya yang paling muda di perumahan ini. Namun, ada juga yang komplain, kayaknya nggak didengar. Bahkan ada tetangga yang sampai pindah rumah. Saya sempat curhat ke orangtua, mereka yang akhirnya membicarakan juga dengan tetangga yang lain. Sekarang sudah agak lebih baik sih situasinya,” kata Shena.
Ketika ngedumel tidaklah cukup untuk merespons tetangga yang tidak memiliki tenggang rasa, tidak sedikit orang yang langsung mengambil langkah tegas.
Langkahnya antara lain langsung mengonfirmasi tanpa basa-basi atau beraksi saja tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu.
Novi (37) terganggu oleh tetangga yang mengambil area jalan untuk menaruh pot tanamannya karena lalu lintas kendaraan menjadi lebih sempit.
Ia pun sudah berupaya dengan bicara baik-baik. Namun apa daya, tetangganya itu malah sengaja menaruh pot dengan tanaman berduri.
“Saya bicara baik-baik lagi, nggak digubris. Saya laporlah ke suami. Sorenya, suami pulang kerja membawa gerinda, dibabat habislah itu semua tanamannya, hehe,” katanya.
Lea yang berdomisili di Kabupaten Bandung juga dengan berani menindak tegas tetangganya secara langsung. Permasalahannya bermula ketika dia mengidap Omicron dan ingin berjemur matahari pagi di depan rumahnya. Dengan sopan, ia menginformasikan di grup WA antartetangga dan semua memaklumi, kecuali satu orang yang mengontrak di depan rumahnya.
“Saat saya dan anak-anak berjemur, dia langsung tutup jendela. Terus, dia membuat status di WA, ‘Ngeri, ya, virusnya, horor, nggak mau dekat-dekat pokoknya.’ Haha, padahal saya nggak separah itu. Tetangga yang agak jauh masih ngobrol jarak jauh dan kami tetap pakai masker. Karena statusnya itu, saya langsung mengontak (secara) pribadi mempertanyakan maksud statusnya itu. Saya bilang, ‘Ada masalah apa sama saya? Apa saya berjemur menggangu ibu?’ Eh, tapi kontak saya langsung diblokir, hahaha!” ujar Lea.
Cerita tentang perilaku tetangga yang terkadang sulit dipahami juga terangkum dengan baik di media sosial. Di Twitter, akun @SeputarTetangga berisi rentetan keluhan warganet tentang gerak-gerik tetangganya. Banyak cerita di sana yang membuat siapa pun yang membacanya—paling tidak—menarik napas panjang atau geleng-geleng kepala.
Akun itu terbukti jadi tempat yang efektif menampung segala keluh kesah warganet soal kehiudpan bertetangga, terlebih lagi di lingkungan urban. Warganet bisa menuliskan ceritanya dalam aplikasi catatan apa saja, kemudian tangkapan layar catatan itu dikirim via direct message. Cerita yang menarik sesuai hasil kurasi pengellola akun akan ditayangkan dan biasanya mendapat respons positif dari warganet lain yang punya senasib sepenanggungan.
Contohnya, bisa dilihat dalam narasi di tangkapan layar berikut ini.
Tetangga, oh, tetangga …***