korannews.com – Dana kelolaan industri reksa dana (asset under management/AUM) mengalami penurunan hingga 12,38% (yoy) selama 2022 menjadi Rp 508,2 triliun. Konon kabarnya, penurunan ini dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga acuan, anjloknya saham, dan obligasi, serta aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap investasi reksa dana perusahaan asuransi.
AUM sejatinya adalah aset-aset yang dikelola oleh manajer investasi atas nama investor. Dana ini mengalami perubahan seiring dengan keluar masuknya dana investor.
Makin besar uang yang disetor investor untuk membeli reksa dana ke manajer investasi, semakin besar pula AUM dari manajer investasi yang bersangkutan.
Apakah dengan adanya penurunan AUM ini reksa dana menjadi semakin tidak menarik lagi? Berikut adalah alasan mengapa reksa dana tetap bisa Anda pertimbangkan sebagai salah satu alternatif investasi.
Reksa dana adalah wadah yang digunakan investor untuk menghimpun dana investor yang nantinya akan diinvestasikan manajer investasi ke sejumlah portofolio efek.
Bukan hanya prosesnya yang mudah, reksa dana sebetulnya menjadi solusi bagi Anda yang tidak memiliki waktu atau pengetahuan untuk menganalisis efek-efek di pasar modal yang bisa dijadikan investasi. Urusan analisis akan diserahkan ke ahlinya yaitu manajer investasi.
Anda tinggal membeli reksa dana itu dalam satuan unit penyertaan.
Diversifikasi adalah cara untuk memitigasi risiko investasi. Namun bayangkan saja, berapa modal minimal yang harus Anda keluarkan jika harus membeli sebut saja empat saham bank besar, dua saham batu bara, tiga jenis obligasi Pemerintah RI jangka panjang, dan tiga deposito perbankan? Tentunya, modal yang dibutuhkan sangat besar.
Dengan membeli satu unit reksa dana, Anda ibarat membeli sebuah portofolio yang isinya mirip dengan aset-aset yang disebutkan di atas. Alhasil Anda memiliki investasi yang sudah terdiversifikasi baik dalam kelas aset yang sama atau berbeda.
Harga satu unit reksa dana cukup beragam, namun modal minimal berinvestasi di reksa dana umumnya Rp 100 ribu dan jangan salah, masih ada produk lain yang bisa dibeli dengan modal di bawah itu.
Ada beberapa jenis reksa dana, namun yang umum beredar di pasaran adalah reksa dana pasar uang, pendapatan tetap (obligasi), campuran, dan saham. Secara umum, reksa dana saham adalah reksa dana yang memiliki risiko dan potensi return tertinggi.
Namun alangkah baiknya bagi Anda untuk membeli reksa dana sesuai dengan jangka waktu investasi Anda.
Semakin pendek jangka waktu investasi, makin disarankan untuk menggunakan reksa dana yang rendah volatilitasnya. Semakin panjang, maka pilihannya akan menjadi semakin fleksibel.
Jika Anda ingin mengumpulkan dana darurat, gunakanlah reksa dana pasar uang. Sementara untuk tabungan dana pensiun, gunakanlah reksa dana indeks, saham, atau campuran.