Bisnis  

Warren Buffet Bukan Satu-satunya! Ada 4 Lain di Asia Tenggara

Warren Buffet Bukan Satu-satunya! Ada 4 Lain di Asia Tenggara

Warren Buffet Bukan Satu-satunya! Ada 4 Lain di Asia Tenggara

korannews.comJadi kaya karena investasi saham bukanlah hal yang mustahil, buktinya Warren Buffett berhasil mewujudkan hal tersebut hingga jadi salah satu orang terkaya di dunia. Kira-kira ada gak sih orang-orang yang sukses seperti Buffett tapi di negara lain?

Jawabannya tentu saja ada, banyak negara punya Warren Buffett-nya masing-masing.

Mereka semua dijuluki “Warren Buffett” lantaran mengadopsi strategi investasi yang sama seperti the Oracle of Omaha ini.

Mau tahu siapa saja mereka? Mari simak ulasannya.

“Jika Anda ingin berinvestasi untuk hidup Anda, maka hal terbaik yang harus Anda lakukan adalah berinvestasi di jangka panjang. Anda harus memikirkan masa depan dan pensiun Anda,” demikian pernyataan pria yang dijuluki Warren Buffett Thailand itu, dalam sebuah artikel di Bangkok Biznews tahun 2014 silam.

Hemvachiravarakorn adalah seorang motivator dan value investor yang kerap kali disebut pria jenius. Dirinya mempopulerkan prinsip 3 Kristal dalam investasi.

Kristal pertama adalah aset Anda yang bisa berupa gaji, warisan dari orangtua, atau penghasilan. Aset akan menjadi dasar dari investasi Anda.

Kristal kedua adalah tingkat pengembalian dari investasi (return on investment/ROI). Menurut Hemvachiravarakorn, mengelola ROI sangat bergantung dengan kemampuan Anda menganalisis instrumen investasi yang dimiliki.

Dan Kristal terakhir adalah jangka waktu investasi. Semakin panjang jangka waktu investasi Anda, maka kristal Anda akan terlihat semakin bening.

Bila Anda memiliki tiga kristal ini, kesempatan untuk sukses pun semakin besar. Tapi jangan salah, mereka yang punya tiga kristal tapi tidak tahu cara menggunakannya, akan kehilangan momentum.

Mantan wartawan yang satu ini seringkali disebut sebagai Warren Buffett Asia. Dia adalah seorang Co-Chairman sekaligus Co-Chief Investment Officer dari Value Partners, sebuah perusahaan investasi di Hong Kong yang terkenal dengan strategi value investingnya.

Datuk Seri Cheah Cheng Hye lahir di Penang, Malaysia, 1954 silam. Setelah lulus dari Penang Free School, dia bergabung di The Star namun akhirnya dia pindah ke Hong Kong dan menjadi bekerja di kantor berita The Standard, serta beberapa surat kabar ekonomi.

Di taun 1989, Cheah menjadi kepala riset Morgan, Grenfell & Co, dan empat tahun kemudian dia mendirikan Value Partners bersama rekannya, V-Nee Yeh.

Cheah mengaku bahwa dirinya sangat terinspirasi dari strategi value investing ala Benjamin Graham dan David Dodd.

Value Partners sendiri sudah beroperasi menangani klien institusi dan perorangan di Beijing, Shanghai, Shenzen, Singapura, Kuala Lumpur, dan London, mereka pun disebut sebagai perusahaan manajer investasi pertama yang melantai di bursa saham Hongkong.

Seperti diketahui, perusahaan ini juga dinobatkan sebagai salah satu Manajer Investasi Terbesar di Asia dengan total dana kelolaan mencapai US$6,0 miliar.

Ratusan penghargaan berhasil disabet oleh Value Partners. Tidak heran kalau Warren Buffett asal Negeri Jiran ini dianugerahi gelar Darjah Gemilang Pangkuan Negeri (DGPN) oleh Pemerintah Negara Bagian Penang.

Warren Buffett dari Filipina ini mulai belajar saham saat dirinya bekerja sebagai seorang trainee di sebuah perusahaan manajer investasi. Setelah lulus dari studinya, dia melamar kerja di unit usaha broker saham Bancom, sebuah perusahaan investasi terbesar di Filipina saat itu.

Awal mula berkarir di sana, Sy adalah seorang analis yang selalu diminta melakukan riset dan menulis laporan-laporan untuk kebutuhan investasi klien.

Singkat cerita, Sy makin serius belajar analisis dan hal itu berbuah manis dalam kariernya. Berkat rekomendasinya yang akurat, Sy ditunjuk banyak klien untuk menjadi pengelola portofolio investasi.

Di tahun 1986, Sy resign dari pekerjaannya dan mendirikan perusahaan broker saham bernama Wealth Securities. Dia pun menjadi orang yang berhasil di pasar modal, hingga akhirnya di tahun 1994, dia mendirikan Philequity Fund, sebuah perusahaan manajer investasi pengelola reksa dana terbesar di Filipina.

“Saya menyukai saham dari perusahaan yang bisa menghasilkan recurring income. Contohnya, SM Holdings, yang bergerak di bidang leasing untuk ritel, ini adalah sebuah perusahaan penghasil uang. Anda perlu melirik perusahaan-perusahaan yang bisa menghasilkan cash dengan baik,” ujar Sy, dalam wawancaranya di Esquire tahun 2020.

Sy juga menyukai perusahaan yang memiliki valuasi murah, atau salah harga. Salah satunya adalah saham PDLT, Inc (Philippines Long Distance Telephone Company).

“Salah satu keberhasilan saya adalah saham PDLT di tahun 1986, waktu itu PDLT dijual 30 Peso per lembar. Saya pun melihat bawah nilai price to earning ratio (PER)nya hanya 3x, sedangkan seluruh perusahaan telekomunikasi memiliki nilai PER 16x. Saya pun menghitung dengan seksama, bahwa harga wajar PDLT bisa mencapai 1.000 Peso per lembar di masa depan,” demikian penjelasan Sy.

Dan hal itupun jadi kenyataan di tahun 1993, harga PDLT naik jadi Rp 1.000 Peso.

Nah kalau yang ini adalah Warren Buffett-nya Indonesia. Lo Kheng Hong (LKH) juga terkenal dengan analogi “beli Mercy harga Avanza” ketika menjelaskan soal strategi value investingnya.

Sampai saat ini, LKH masih menjalankan strategi investasi saham ini. Seperti diketahui per September 2022, saat ini LKH masih mengantongi beberapa emiten yaitu PT Global Mediacom Tbk (BMTR) dengan total kepemilikan 6,47%, PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) dengan kepemilkan 5,12%, PT Intiland Development Tbk (DILD) dengan kepemilikan 6,28%, dan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dengan kepemilikan 5,10%.

Beberapa bukti nyata dari kesuksesan strategi value investing LKH ada pada PT United Tractor Tbk (UNTR), di mana LKH membeli saham itu di harga Rp 250 perak per lembar dan menjualnya di harga Rp 15 ribu per lembar di tahun ke enam.

Selain UNTR, adapula saham PT Multibreeder Adirama Indonesia (MBAI) yang sudah merger dengan PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA).

LKH membeli MBAI di harga Rp 250 perak per lembar di tahun 2005 dan menjualnya enam tahun kemudian d harga Rp 31.500.

error: Content is protected !!