Konsep bisnis barber dan coffee shop mungkin masih belum terlalu banyak diketahui orang, tapi itulah poin utama yang coba disuguhkan oleh Numa di Palembang. Awalnya bernama Numa Bandrek, coffee shop ini telah di-rebranding oleh Rachmadi Aditya pada 2019 menjadi namanya yang sekarang.
Penggabungan antara coffee shop dan barber ini dilakukan dengan menggunakan dua ruko yang bersebelahan. Di situ, Numa mengusung tema vintage, industrial, dan monokrom yang membuat tempat ini menjadi Instagramable.
Baca juga: Strategi Eatlah dan Drinklah untuk Terus Berkembang di Kala Pandemi
Nyaman untuk Anak Muda dan Keluarga
(Sumber foto: @Numabarber)
Sebagai Managing Director, Aditya menuturkan bahwa pangsa pasarnya memiliki peminat yang lumayan banyak. Karena berupa barbershop, Numa menarget pria atau keluarga. Meski begitu, dia menyadari bahwa dibutuhkan kesabaran untuk menunggu seseorang potong rambut.
“Bapaknya gunting rambut, anak istrinya bisa ngopi. Saya sering, tuh, ke tempat gunting rambut yang cowok banget, jadi kalau bawa keluarga atau pasangan itu biasanya bete nungguin. Makanya, saya bikin konsepnya coffee and barber yang ruang tunggunya senyaman mungkin,” jelasnya.
Di ruang tunggu yang disediakan, pengunjung bisa memesan makanan serta minuman, sehingga tidak akan terlalu membosankan ketika harus menunggu. Selain itu, yang membedakan Numa dengan tempat potong rambut lainnya adalah mereka menawarkan jasa premium barber.
Teknik potongan yang berbeda juga merupakan nilai jual tersendiri. Pada awal berdirinya, Aditya merekrut profesional AsGar (Asli Garut) yang tahu teknik dan tahapan dalam memberikan pelayanan. Aditya juga menambahkan layanannya dengan fasilitas terbaik seperti welcome drink, hot towel, free pomade, dan light massage. Karena itu, tentu Numa Coffee & Barbershop memiliki banyak pelanggan setia.
Namun, mengapa Aditya memilih strategi ini?
“Kalau main di kuantiti, misalnya tongkrongan atau barbershop biasa, mungkin agak sulit karena pemainnya terlalu banyak,” jawabnya. “Saya mainnya di art, jadi yang lebih menengah ke atas. Yang kita jual fasilitas, service, dan kenyamanan.”
Baca juga: BUMI Bulk Store & Refillery: Beralih ke Rempah, Minimalkan Limbah
Tempat Nongkrong Turis Lokal
(Sumber foto: @Numabarber)
Uniknya, banyak sekali pendatang yang mengunjungi Numa Coffee & Barber alih-alih warga asli Palembang. Hal ini mendorong Adit untuk mencoba menjual pempek di Numa Coffee & Barber, dan strategi ini terbukti cukup berhasil.
“Core kita adalah kopi yang saya kreasikan bersama teman barista saya. (Setelah) dapat ingredient dan konsistensinya, kita kalibrasi terus. Itulah yang menjadi karakter (Numa Coffee & Barber). Tapi di sisi lain, kita ada smoothies juga untuk yang tidak bisa minum kopi,” ujar Aditya.
Untuk pilihan makanannya, Numa Coffee & Barber menawarkan pilihan menu yang cukup beragam. Mulai dari pasta, western, ricebowl, hingga yang sangat lokal seperti cireng. Hal ini demi bisa memenuhi selera banyak konsumen.
Selama mengurus Numa Coffee & Barber, ada pembelajaran menarik yang Adit dapat. Menurutnya, bisnis adalah tentang kepercayaan. Ada pengalaman tentang kepercayaan yang tidak enak, ada juga yang enak. Saat orang-orang percaya dengan produknya, barulah bisnisnya berkembang, dan begitu juga sebaliknya.
Untuk menunjang kepercayaan itu, dibutuhkan strandarisasi pelayanan yang baik. Itulah kenapa sejak rebranding pada 2019, Numa Coffee & Barber menggunakan aplikasi kasir Moka POS untuk membantu operasional mereka.
Aditya menuturkan, keberadaan fitur statistik sangat berguna untuk memonitor penjualan. Banyak fitur yang membantu dirinya karena meskipun tidak berdomilisi di Palembang, ia tetap bisa memantau situasi inventory langsung dari aplikasi Moka POS alih-alih mencatat semua secara manual.
Baca juga: Interaksi Online, Senjata Ampuh Juragan Helm Tingkatkan Penjualan
Promosi Menarik dari Numa Coffee & Barber
(Sumber foto: @Numabarber)
Bagi pelanggan setia, Numa Coffee & Barber memiliki program Numa Barber Membership, pelanggan bisa mendapatkan satu kali potong gratis setelah sepuluh kali potong. Untuk Numa Coffee, ada promo menarik sepanjang tahun sesuai tanggal besar atau seasonal. Contohnya, saat 17 Agustus, ada promo paket Rp17 ribuan untuk pelanggan yang datang mengenakan baju merah.
Namun, berhubung terganggu pandemi, kadang Aditya harus meninjau kembali timeline promosi yang sudah direncanakan mengingat ada promo yang bisa dilakukan dan tidak.
Jika melihat sisi produk, Numa memang menawarkan banyak produk dengan spesialisasi yang berbeda karena mengusung F&B dan service. Ada keletihan di awal-awal karena harus mencari formula yang tepat untuk masing-masing industri. Untuk hal ini, memiliki pikiran yang terbuka juga membantu Adit dalam mengembangkan Numa Coffee & Barber.
Untuk para pebisnis lain, Adit punya pesan, “Kalau bisnis, harus berani mencoba, berani gagal, tapi berani bangkit lagi karena kesuksesan dalam bisnis itu tidak dalam satu kali percobaan. Dari bidang SDM juga penting, making people before making product. Great product datang dari great people. (Lakukan) standarisasi biar konsisten.” ujarnya.
Artikel ini bersumber dari blog.mokapos.com.